Liputan6.com, Washington, DC - Kongres Amerika Serikat saat ini sedang menyelidiki dugaan keterkaitan Donald Trump dengan Rusia, yang dianggap membantu mengantarkannya ke kursi orang nomor satu di AS.
Sejumlah indikasi memperkuat dugaan tersebut, seperti terkuaknya hubungan finansial antara manajer tim kampanye Trump, Paul Manafort, dengan sumber-sumber di Moskow.
Menantu Trump, Jared Kushner dan anak pertama sang presiden, Donald Trump Jr juga diketahui menghadiri sebuah pertemuan bersama seorang pengacara dari Negeri Beruang Merah.
Baca Juga
Advertisement
Dalam pertemuan itu, pihak Rusia diduga menjanjikan keduanya akan memperoleh informasi yang dapat merugikan Hillary Clinton.
Penyelidikan dugaan campur tangan Rusia bikin Trump uring-uringan. Sebelumnya, pada akhir Oktober 2017, Donald Trump melontarkan serangkaian kicauan bernada marah. Ia menuding Hillary Clinton dan Partai Demokrat sebagai pihak yang bersalah.
Trump bersikeras bahwa tuduhan kolusi antara tim kampanyenya dan Rusia adalah palsu belaka dan tak ubahnya seperti "perburuan tukang sihir".
Badan intelijen AS sebelumnya menyimpulkan bahwa pemerintah Rusia membantu Trump memenangkan Pemilihan Presiden 2016.
Tak hanya soal keuntungan yang konon didapatkan Trump dari negara yang dipimpin Presiden Putin itu. Sejumlah rumor cabul juga dialamatkan pada sang miliarder nyentrik, yang mengarahkan ke dugaan ia "tersandera" pihak Rusia.
Terkait itu, seperti dikutip dari CNN, Jumat (10/11/2017), baru-baru ini, eks pengawal pribadinya, Keith Schiller, bersaksi di depan Kongres AS untuk membela mantan bosnya itu.
Berikut rumor bernada cabul yang dibantah keras pihak Donald Trump, seperti dikutip dari sejumlah sumber:
1. Tawaran 5 PSK Rusia
Keith Schiller dikenal sebagai orang yang loyal pada Donald Trump. Ia pernah menjadi pengawal pribadi sang miliarder nyentrik itu hingga menjabat sebagai Head of Security Trump Organization.
Saat bosnya terpilih jadi Presiden Amerika Serikat, Schiller juga diboyong ke Gedung Putih. Status Director of Oval Office Operations dijabatnya hingga September 2017.
Belakangan, setelah mundur, Schiller kembali muncul. Seperti dikutip dari CNN, Jumat (10/11/2017), ia memberikan kesaksian terkait dugaan skandal hubungan Donald Trump dengan Rusia dalam rapat dengar pendapat dengan Komite Intelijen Kongres AS (House Intelligence Committee) awal pekan ini.
Salah satunya soal tudingan bernada cabul yang pernah ditujukan pada suami Melania Trump itu.
Ia mengatakan, seorang pengusaha Rusia pernah mendekatinya dan menawarkan akan mengirim lima perempuan ke kamar Donald Trump, jika sang konglomerat itu berminat.
Kala itu, Donald Trump sedang berkunjung ke Moskow pada 2013 untuk menghadiri kontes kecantikan Miss Universe yang digelar di kota itu.
Lima perempuan itu diduga sebagai pekerja seks komersial (PSK). Schiller mengaku menyampaikan tawaran itu pada Trump. Lantas, bagaimana reaksinya?
Menurut mantan anggota NYPD itu, ia menolak hal itu atas nama Trump. "Kami tidak melakukan hal seperti itu," kata dia kepada pengusaha Rusia, seperti dikutip dari Vanity Fair.
Namun, ia kemudian mendiskusikan tawaran tersebut dengan Trump saat mereka berjalan menuju kamar hotelnya. Menurut Schiller, Trump juga menganggapnya sebagai lelucon dan menolaknya.
Advertisement
2. 'Golden Shower' di Tempat Tidur Obama
Rusia diduga mendukung dan membantu Donald Trump setidaknya selama lima tahun. Di sisi lain, Moskow juga disebut-sebut memiliki bukti yang bisa digunakan untuk "memeras Trump".
Bukti itu, berdasarkan seorang sumber -- sebut saja D -- menyebut, Trump menyewa kamar di Ritz Carlton Hotel, Moskow.
Presidential suite itu pernah diinapi Presiden Barack Obama dan istrinya dalam kunjungan resmi ke Rusia.
Konon, Donald Trump menyewa sejumlah PSK untuk melakukan pertunjukan "golden shower" atau mengeluarkan urine di depannya.
Seperti plot Perang Dunia, berdasarkan data yang belum terkonfirmasi dari salah satu mantan agen MI6 yang diserahkan pada CIA, Kremlin diduga memiliki material terkait Trump. Salah satunya, terkait dugaan adanya "video cabul" yang dilakukan Presiden ke-45 AS terpilih di sebuah hotel di Moskow -- yang pernah diinapi Presiden Obama dan istrinya.
Dalam dokumen tertulis, hotel tersebut berada di bawah kontrol badan intelijen Rusia, dipasangi kamera dan mikrofon untuk merekam apa pun yang mereka inginkan.
"Perilaku Trump yang 'tidak ortodoks' di Rusia menyediakan aparat di sana bukti material memalukan terkait sosok yang kini jadi kandidat presiden Republik -- untuk bisa memerasnya kapan pun diperlukan."
Isi dokumen tersebut dibantah pengacara Trump, Michael Cohen. "(Laporan) Itu sungguh konyol. Jelas, orang yang menciptakan itu menuliskannya dari imajinasinya sendiri dan berharap media liberal akan memuat cerita palsu ini," kata dia.
Donald Trump membantah mentah-mentah tuduhan tersebut. "Itu semua kabar bohong. Hal-hal palsu, itu tidak pernah terjadi," kata Trump dalam konferensi pers perdana pasca-Pilpres 2016 pada Senin, 10 Januari 2017.
"Itu didapat oleh lawan-lawan kita ... sekelompok lawan yang berkumpul, orang-orang 'sakit', dan mereka mendapat omong kosong itu secara bersama-sama."