Liputan6.com, Danang - Pengakuan mengejutkan terlontar dari bibir Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Ia mengklaim pernah menusuk orang hingga tewas. Pembunuhan pertamanya itu dilakukan saat usianya masih remaja.
"Pada usia 16 tahun, aku sudah membunuh seseorang. Seseorang yang nyata, dalam sebuah perkelahian, dengan sebuah tusukan. Usiaku baru 16 tahun. Bandingkan saja. Berapa (yang bisa kubunuh) sekarang sebagai presiden," kata dia seperti dikutip dari The Guardian (10/11/2011).
Pernyataan tersebut diungkapkan di depan komunitas Filipina di Kota Danang, Vietnam pada Kamis 9 November 2017. Digong, nama akrabnya, ada di kota tersebut untuk menghadiri KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Baca Juga
Advertisement
Ini bukan kali pertamanya Duterte mengaku telah menghabisi nyawa seseorang. Desember tahun lalu, ia mengaku menembak mati seorang tersangka kriminal ketika menjadi Wali Kota Davao, katanya, itu dilakukan untuk memberi contoh kepada para aparat.
Namun, juru bicaranya buru-buru mengklarifikasi. Menurut dia, pembunuhan tersebut dilakukan dalam upaya penegakan hukum yang sah oleh polisi.
Majalah Esquire pernah mengutip pernyataan Duterte, dalam wawancara sebelum diangkat sebagai Presiden ke-16 Filipina. Ia mengaku, pernah menikam orang hingga tewas saat usianya baru 17 tahun -- diduga kasus yang sama dengan yang diakuinya di Danang.
Dalam kampanye, ia juga mengaku pernah dikeluarkan dari universitas gara-gara menembak sesama mahasiswa yang dianggap menghinanya. Korban dilaporkan selamat.
Pria 72 tahun tersebut memenangkan Pilpres Filipina tahun lalu. Saat kampanye, ia berjanji akan memberantas obat-obatan terlarang dengan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kala itu, Duterte berkoar bakal ada 100 ribu orang yang tewas.
Kini, sekitar 16 bulan ia berkuasa, polisi mengaku sudah menewaskan 3.967 orang, baik yang terkait kasus narkoba yang jumlahnya 2.290 jiwa, maupun sebab-sebab lain yang belum terpecahkan.
Meski menuai kecaman dari dunia internasional, Duterte masih populer di mata rakyat Filipina. Mantan pengacara itu dianggap membuat negerinya makin aman.
Tak hanya sesumbar soal riwayat kekerasan pribadinya, di depan banyak orang, Duterte juga mengaku akan menampar pelapor HAM PBB jika dia bertemu dengannya.
Ia menargetkan pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait pembunuhan di luar hukum, Agnes Callamard. "Pelapor ini," kata dia. "Aku akan menamparnya di depanmu. Mengapa? Karena menghinaku. "
Komentar teranyar Duterte diucapkan beberapa hari sebelum dia menjadi tuan rumah bagi Presiden AS, Donald Trump, dan pemimpin lainnya, yang akan terbang ke Manila untuk menghadiri KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Trump dijadwalkan terbang ke Manila dari Vietnam bersama dengan sejumlah pemimpin dunia lainnya pada Minggu malam.
Sebelumnya, Trump memuji Duterte atas tindakan tegasnya memberantas narkoba. Dalam sambungan telepon, ia mengatakan, pemimpin Filipina itu telah melakukan "pekerjaan bagus".
Ancam Usir Seluruh Dubes Uni Eropa
Sebelumnya, Rodrigo Duterte mengancam akan mengusir para Duta Besar Uni Eropa dalam kurun 24 jam. Duterte menuding Uni Eropa mencampuri urusan domestik negaranya.
Dalam pidatonya yang berapi-api, Duterte menegaskan ia tidak akan menoleransi kritik Uni Eropa atas perang narkoba yang dilancarkannya. Setidaknya, 3.850 orang tewas sejak perang tersebut dilancarkan dan pemantau HAM memperingatkan kemungkinan pelanggaran dalam kebijakan tersebut.
"Anda memberikan kami uang lalu mulai mengatur apa yang harus kami lakukan dan apa yang tidak seharusnya terjadi di negara kami. Omong kosong. Masa penjajahan sudah usai. Jangan cari ribut dengan kami," ujar Duterte, seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (13/10/2017).
Pada kesempatan yang sama, Duterte mengatakan bahwa ia siap untuk "menendang" para dubes Uni Eropa jika mereka mencoba mengutak-atik posisi negaranya di PBB.
"Anda pikir kami adalah sekelompok orang bodoh. Andalah yang orang bodoh. Dubes dari seluruh negara (Uni Eropa) dengarkan saya, karena kita bisa memutus saluran diplomatik besok. Kalian semua tinggalkan negara saya dalam waktu 24 jam," hardik Duterte.
Advertisement