Liputan6.com, New York - Harga emas merosot meski bursa saham Amerika Serikat dan dolar AS tertekan. Hal itu seiring kepercayaan terhadap reformasi pajak menyusut. Padahal reformasi pajak diharapkan dapat meningkatkan ekonomi.
Harga emas untuk pengiriman Desember tergelincir US$ 13,30 atau satu persen ke posisi US$ 1.274,20 per ounce. Namun, selama sepekan, harga emas cetak kenaikan mingguan pertama dalam empat minggu. Harga emas naik 0,4 persen selama sepekan seiring dolar AS tertekan. Sementara itu, harga perak untuk pengiriman Desember turun 10,4 sen atau 0,6 persen menjadi US$ 16.871 per ounce.
Rencana pemangkasan pajak mempengaruhi gerak harga emas. "Pembuat undang-undang kini mencoba untuk mendamaikan penawaran yang muncul dari DPR. Ini juga mengisyaratkan volatilitas menjelang kenaikan suku bunga the Federal Reserve ditambah rencana pemangkasan pajak," kata Analis Daily FX, Ilya Spivak, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (11/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Tekanan harga emas juga dipicu dari aksi jual pada perdagangan siang hari waktu setempat. Direktur Kitco Metal Peter Hugs juga melihat secara teknikal memasuki area tertekan.
"Begitu emas turun di bawah level US$ 1.282, itu memicu penghentian secara teknikal dan percepatan penjualan," ujar dia.
Hal senada dikatakan Chintan Karnani. Investor berhasil memperoleh keuntungan selama sepekan sehingga melakukan aksi jual menjelang akhir pekan.
"Menurut saya turunnya harga emas karena profit taking sebelum penutupan pekan ini. Selain itu juga karena ketidakmampuan menembus level resistance akhir tahun lalu," ujar dia.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah terhadap enam mata uang lainnya di awal sesi perdagangan. Indeks dolar AS akhirnya mendatar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dolar AS Melemah, Harga Emas Naik pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya harga emas naik terimbas melemahnya dolar. Sementara harga paladium turun meski tetap mendekati posisi puncak dalam 16 tahun.
Melansir laman Reuters, Jumat pekan ini, harga emas di pasar spot emas naik 0,4 persen menjadi US$ 1.286,27 per ounce, usai menyentuh posisi tertingginya di US$ 1.288.13, sejak 20 Oktober.
Adapun harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik US$ 3,80 atau 0,3 persen ke posisi US$ 1.287,50 per ounce.
Dolar jatuh ke level terendah enam hari terhadap mata uang lainnya, karena investor menolak keras munculnya rincian rencana pemotongan pajak versi Partai Republik.
"Meskipun penurunan dolar membuat pedagang emas tersenyum usai lama menderita, penting untuk dicatat. Sepertinya ada tidak adanya risk aversion premium pada harga emas, membuat nasib logam mulia ini akan dipengaruhi dolar saja," kata Jeffrey Halley, Analis Pasar Senior OANDA.
Senat Republik dalam usulannya, menunda pemotongan pajak selama satu tahun, menurut Anggota Komite Keuangan Bill Cassidy.
Emas masih menarik dukungan jangka pendek dari ketidakpastian kebijakan pajak AS.
"Tren keseluruhan telah bergeser menjadi anetral ke tren negatif, meski sudah cukup solid. Permintaan keluar dari spekulan," kata Rob Haworth, Ahli Strategi Investasi Senior U.S. Bank Wealth Management.
Data World Gold Council menunjukkan bahwa permintaan emas meluncur pada kuartal terakhir ke level terendah dalam delapan tahun.
Sementara harga logam lainnya, paladium turun 0,2 persen menjadi US$ 1,011 per ounce, setelah mencapai posisi tertinggi sejak 2001 di US$ 1,026.10. Pada bulan September, paladium menjadi lebih berharga dari pada platinum untuk pertama kalinya dalam 16 tahun.
"Ada kegelisahan di sekitar pasar platina, dampak melemahnya permintaan di sektor tersebut akibat paladium," kata analis ANZ Daniel Hynes.
Sementara itu, harga perak turun 0,2 persen menjadi US$ 16,98 per ounce. Adapun harga platinum naik 0,8 persen ke posis US$ 938,30 per ounce.
Advertisement