Liputan6.com, Purwakarta - Rais Aam PBNU Kiai Ma'ruf Amin memiliki penilaian tersendiri terhadap sosok Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Sebagai pribadi yang sudah saling mengenal dekat, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tersebut melihat Dedi sebagai sosok penyabar.
Itu diungkapkan oleh Kiai Ma'ruf usai memberikan taushiah kebangsaan dalam acara peringatan Haul Baing Yusuf, yang dilaksanakan di Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, Jumat 10 November 2017 malam.
Advertisement
"Saya lihat Dedi ini sosok sabar, saya tahu dia ditinggalkan oleh Partai Golkar, tetapi semangatnya saya lihat tidak pudar, masih terus berbuat untuk masyarakat," ungkap Kiai Ma'ruf.
Sebagaimana diketahui, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi baru saja kehilangan rekomendasi untuk maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat, karena partai yang selama ini dibesarkannya justru mendukung Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Meski begitu, Kiai Ma'ruf mengatakan, kesabaran yang selalu Dedi Mulyadi kedepankan akan membuahkan hasil berupa jalan lain menuju tujuan yang diinginkan oleh masyarakat Jawa Barat.
"Saya tahu Dedi di Golkar seperti apa. Jalannya memang sudah seperti ini. Insya Allah Dedi akan menemukan jalan lain karena kesabarannya," ujar Kiai keturunan ke 14 Syaikh Nawawi al Bantani tersebut.
Sambil berkelakar, Kiai Ma'ruf memprediksi langkah Dedi akan selamat pada akhirnya. Meskipun kini ia dirundung cobaan bertubi-tubi dari partainya sendiri.
"Ya saya juga tahu jalan keluarnya seperti apa. Pokoknya, selamatlah," ucapnya.
Di hadapan Kiai Ma'ruf, Dedi sempat menceritakan kisah perjalanan kepemimpinan yang dia lakukan, mulai dari proses menjadi Wakil Bupati hingga Bupati Purwakarta dua periode. Perjalanan tersebut bagi Dedi memiliki keunikan, termasuk dipecat dari partai sendiri namun berhasil memenangi kontestasi politik saat itu.
"Saya selalu merefleksi itu Kiai," kata Dedi kepada Kiai Ma'ruf.
Haul Syaikh Muhammad Yusuf
Sebelumnya Rais Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Kiai Ma'ruf Amin dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi hadir dalam acara peringatan Haul Syaikh Muhammad Yusuf bin Raden Djajanegara, atau dikenal dengan panggilan Baing Yusuf di Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta.
Dedi sendiri hadir dalam kapasitasnya baik sebagai Bupati Purwakarta maupun sebagai Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama di kabupaten tersebut. Keakraban terlihat jelas antara Kiai Ma'ruf dan Dedi Mulyadi yang hadir mengenakan peci hitam dan kain sarung itu.
Dalam acara haul ini terungkap bahwa Baing Yusuf, yang namanya diabadikan sebagai nama Mesjid Agung Purwakarta, merupakan keturunan ke 21 dari Prabu Siliwangi. Tak heran jika nilai kesiliwangian yang terdiri dari Silih Asah, Silih Asih, dan Silih Asuh selama ini menjadi soko guru pembangunan di Purwakarta.
"Pada Tahun 1826, Baing Yusuf mendirikan masjid ini, sebelumnya bernama Masjid Babakan Anyar. Saat itu, beliau sedang dalam perjalanan menyebarkan ajaran Islam kepada para badega pasca peperangan di wilayah Kutamanah (Purwakarta) dan Kutawaringin (Karawang)," ungkap salah satu keturunan Baing Yusuf, Raden Haji Sanusi saat membacakan riwayat datuknya tersebut.
Kesan mendalam juga dialami oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi atas sosok menjadi salah satu guru mulia dari Syaikh Nawawi al Bantani, datuk dari Kiai Ma'ruf Amin. Beberapa catatan sejarah menyebut, saat remaja, pria bernama asli Muhammad Nawawi bin Umar yang lahir di Kampung Tanara, Banten itu mengenyam pendidikan Agama dari Baing Yusuf.
"Baing Yusuf ini ulama besar, ulama yang menjadi guru ulama besar pula. Kita ketahui beliau merupakan guru dari kakek Kiai Ma'ruf Amin, Syaikh Nawawi al Bantani, seorang ulama Nusantara yang keilmuannya dihormati di Tanah Hijaz, Timur Tengah," kata Dedi terkagum.
Catatan sejarah tersebut dibenarkan oleh Kiai Ma'ruf, berdasarkan cerita keluarga, Syaikh Nawawi al Bantani diketahui banyak berguru kepada beberapa ulama besar. Di antara ulama yang banyak diceritakan keluarganya adalah Baing Yusuf Purwakarta.
"Semasa muda, kakek saya berguru pada sejumlah ulama dan Syaikh Baing Yusuf merupakan salah satu guru besarnya," tutur Kiai Ma'ruf.
Acara haul ini diisi dengan taushiah kebangsaan yang disampaikan oleh Kiai Ma'ruf Amin. Ia mengingatkan bahwa keadilan sosial harus menjadi tujuan dalam kehidupan sehari-hari tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan kepercayaan.
"Bangsa kita ini bermacam-macam suku bangsa. Keadilan sosial harus menjadi pemersatunya sebagaimana diajarkan oleh Pancasila," pungkas Ma'ruf.
Saksikan video di bawah ini:
Advertisement