Liputan6.com, Yogyakarta Film pendek berjudul Sumbu Pendek karya jurnalis Yogyakarta meraih juara pertama Anugerah Sastra dan Seni UGM 2017. Tayangan berdurasi sembilan menit ini mengusung tema hoax yang dikemas dalam cerita komedi satir.
Film yang diproduksi dan dibintangi oleh para jurnalis Yogyakarta ini merupakan salah satu dari 2.000 karya yang ikut serta dalam kegiatan tahunan ini. Ada enam kategori yang dilombakan yakni, kritik sastra, meme, fotografi, cerpen, puisi tidur, dan film pendek.
"Prihatin banyak hoax, jadi pas ada momentum kegiatan ini, kami putuskan untukkasih pesan yang sederhana tapi mengena," ujar Fauzan Ahmad Hardono, sutradara Sumbu Pendek, seusai malam Anugerah Seni dan Sastra UGM 2017 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM, Jumat, 10 November 2017.
Baca Juga
Advertisement
Sumbu Pendek bercerita tentang seorang bernama Jumali yang menjadi korban berita hoax di kampungnya. Lulusan Sastra Indonesia UGM ini sedang memulai usaha sebagai penjual online karena sudah lama menganggur. Di sela bisnis online, ia mendapat tawaran bekerja sebagai guru les privat.
Kehidupan Jumali yang mulai membaik dicurigai oleh para tetangganya. Mereka menguntit Jumali dan menduga laki-laki itu berjualan barang haram. Tanpa meminta konfirmasi kepada Jumali, sejumlah tetangga menyebarkan dugaan itu melalui sosial media WhatsApp kepada warga kampung lainnya.
Fauzan sengaja memilih Jumali, jurnalis Harian Jogja, sebagai pemeran utama karena keterbatasan durasi film. Artinya, tokoh yang dimunculkan juga harus unik dan berkarakter supaya pesan bisa sampai lebih cepat.
Film pendek yang melibatkan puluhan jurnalis Yogyakarta dari berbagai media massa cetak, online, dan televisi ini memakan waktu dua minggu untuk pengambilan gambar. Di sela-sela kesibukan, para pemain menyempatkan diri untuk mengikuti pengambilan gambar yang jadwalnya tentatif.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Mengkritisi Perilaku Warganet
Sesuai judulnya, Sumbu Pendek, juga mengkritisi perilaku warganet dalam menggunakan sosial media. Kekuranganbijakkan membuat informasi yang tersebar bisa merugikan orang yang tidak bersalah.
"Banyak sekali contoh, orang hanya tahu sedikit sudah berkomentar di sosmed, menyimpulkan sendiri dan jadi viral," ucap jurnalis dari Jogja TV ini.
Adegan dalam film yang merepresentasikan hal itu tampak ketika warga kampung menuduh Jumali berjualan barang haram yang berakhir dengan main hakim sendiri.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Wening Udasmoro mengatakan para juara malam ini sudah mengolah akal dan rasa sehingga perlu diapresiasi.
"Sastra mulai ditinggalkan, hari ini kami mencoba untuk mengapresiasi, terlebih tahun lalu gelaran ini sempat ditiadakan dan baru tahun ini dapat sponsor lagi," ucap dia.
Batas akhir pengumpulan materi lomba Anugerah Seni dan Sastra UGM sejak 30 September 2017. Penjurian berlangsung pada 5-20 Oktober 2017.
Selain film pendek karya jurnalis Yogyakarta, dua film lain yang memperoleh juara kedua dan ketiga adalah Jejak karya Roni Febriawan dan Darto karya Tri Kurnia Jati.
Advertisement