Dinosaurus Mungkin Masih Ada Andai Asteroid Tak Hantam Yucatan

Jika saja benda langit besar itu menabrak sisi lain bumi, dinosaurus mungkin masih ada hingga saat ini...

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Nov 2017, 19:12 WIB
Asteroid yang musnahkan dinosaurus (Queensland Museum)

Liputan6.com, London - Dinosaurus punah setelah sebuah asteroid besar menghantam bumi sekitar 65 juta tahun lalu. Benturan yang terjadi di area Semenanjung Yucatan, Amerika Tengah, itu kemudian membentuk jelaga asap yang masuk ke udara, hingga menyebabkan terjadinya kepunahan massal hewan tersebut.

Jika saja benda langit besar itu menabrak sisi lain bumi, dinosaurus mungkin masih ada hingga saat ini.

Dikutip dari USA Today, Sabtu (12/11/2017), para peneliti menyebutkan hewan purba tersebut sebagai spesies yang "tidak beruntung".

Dua peneliti Jepang, Kunio Kaiho dan Naga Oshima, baru saja menerbitkan penelitian terbarunya tentang kepunahan dinosaurus pada jurnal Scientific Reports. Mereka menyebutkan, jika saja tabrakan benda langit berdiameter 9 kilometer itu jatuh pada lokasi lain di bumi, kemungkinan dinosaurus lenyap dari peradaban hanya 13 persen.

Asteroid sendiri jatuh di kawasan Yucatan yang dikenal kaya akan unsur hidrokarbon dan sulfur. Hal itu berdampak pada terjadinya pemanasan materi bumi, sehingga membentuk jelaga stratosfer dan aerosol sulfat, serta menyebabkan pendinginan dan kekeringan global.

Menurut penelitian, sebanyak 87 persen permukaan bumi menyimpan jumlah hidrokarbon dan sulfur dalam jumlah yang sedikit.

Hantaman asteroid Yucatan itu kemudian menyebabkan Bumi dilanda kegelapan selama hampir dua tahun.

Terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi, membuat tanaman tak dapat berfotosintesis dan Bumi mengalami penurunan suhu secara drastis.

Dua faktor kunci itu disebut mengacaukan rantai makanan secara global dan berkontribusi dalam kepunahan 75 persen hewan, termasuk hampir seluruh jenis dinosaurus.

Kaiho dan Oshima juga menuliskan, pukulan berat bagi spesies dinosaurus tadi telah menggiring akan terjadinya evolusi makro dan keragaman mamalia.

Sementara itu, Steve Brusatte yang merupakan seorang ahli paleontologi dari Edinburgh University mengungkapkan, dinosaurus mungkin saja dapat bertahan jika tabrakan terjadi beberapa juta tahun lebih awal atau setelahnya.

"Asteroid jatuh pada saat yang salah," tulisnya di Journal Nature. Dia juga menduga, berkurangnya jumlah spesies dinosaurus pemakan tumbuhan sekitar 66 juta tahun yang lalu, ikut menyebabkan ekosistem mereka menjadi lebih rentan akan terjadinya kepunahan.

 


Efek Hantaman Asteroid Raksasa

Asteroid raksasa yang menghantam Bumi berjuta tahun lalu itu telah memicu gempa, tsunami dan erupsi gunung berapi. Benda angkasa luar bertenaga besar itu menguapkan batu dan menjadikannya partikel kecil yang disebut spherule.

Ketika spherule jatuh ke Bumi, partikel tersebut bertabrakan dengan molekul udara, menyebabkan gesekan dan meningkatkan suhu untuk cukup memicu kebakaran di seluruh dunia. Faktanya, pita tipis spherules masih bisa ditemukan dalam catatan geologi.

Hal itu kemudian memicu terjadinya kepunahan massal pada akhir masa dinosaurus yang disebut Zaman Mesozoik.

Dilansir dari Live Science, hewan-hewan darat pada Zaman Mezosoik yang paling besar mati sesaat setelah asteroid menghantam Bumi. Namun menurut peneliti utama studi tersebut, Charles Bardeen, hewan laut dapat bersembunyi sehingga bisa bertahan.

"Studi kami menyoroti efek awal setelah terjadi gempa bumi dan tsunami," ujar Bardeen, yang juga merupakan ilmuwan proyek di National Center untuk Atmospheric Research (NCAR) di Boulder, Colorado.

"Namun, kami juga ingin melihat konsekuensi jangka panjang dari hantaman asteroid, termasuk hewan yang tersisa," imbuh dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya