Teka-teki Sulit dari Peneror Pejabat Pekanbaru untuk Polisi

Sudah empat kasus teror bom molotov menimpa sederet pejabat di Pekanbaru. Namun, belum ada satupun yang bisa dipecahkan polisi.

oleh M Syukur diperbarui 13 Nov 2017, 03:03 WIB
Kediaman salah satu pejabat Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru, Riau, mendapat serangan bom molotov dari orang tak dikenal. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru ‎- Empat kasus teror terhadap pejabat di Kota Pekanbaru, mulai dari letusan mercon hingga bom molotov hingga kini belum terungkap Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru. Penyidik mengakui adanya kesulitan saat di lokasi kejadian sehingga memerlukan hasil uji laboratorium.

Hingga kini, teka-teki pelaku teror belum juga dapat diketahui polisi. Begitu pula dengan pertanyaan apakah antara satu lokasi dengan lokasi lainnya masih satu kelompok dan apa motif aksi tersebut. Dendamkah atau disuruh orang lain melakukannya?

‎Menurut Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tejo, antara satu lokasi dengan lainnya punya kesulitan masing-masing. Salah satunya telah berubahnya lokasi kejadian ketika dilaporkan ke Polresta Pekanbaru.

"Jadi ada laporan bom molotov, pas polisi datang ke lokasi, sudah berubah TKP-nya. Sudah dibersihkan gitu, itu kan tidak boleh karena menghalangi penyelidikan," kata Guntur, Kamis petang, 9 November 2017.

Selain itu, ada korban yang melapor setelah dua hari kejadian. Kondisi ini kian sulit diselidiki karena tempat kejadian perkara tidak hanya berubah, tapi sudah bersih dari barang bukti ataupun petunjuk yang seharusnya diperoleh petugas.

"Ini yang pegawai Dinas Pekerjaan Umum itu. Dua hari setelah kejadian baru melapor. Kan sudah bersih TKP-nya," kata Guntur.

Di samping itu, Guntur menyebut kesulitan ditemui karena tidak adanya saksi mata serta rekaman CCTV. Kejadian pelemparan motolov tidak disaksikan langsung oleh orang di rumah, tapi hanya mendengar ledakan dan percikan api.

"Tidak ada yang melihat orang yang melempar, CCTV juga lemah gambarnya," ucap Guntur.

Di lokasi lainnya, sambung Guntur, terkadang tidak ditemukan pecahan botol. Bisa jadi disebut Guntur ada pembakaran dengan terlebih dahulu menyiramkan bensin dan membuat jalur api yang kemudian dipantik pakai korek api.

Oleh karena itu, Guntur menghimbau korban teror molotov segera melapor usai kejadian. Korban juga diminta tidak mengubah satu pun benda di lokasi kejadian untuk mempermudah penyelidikan.

"Dan mengingat kesulitan ini, perlu ada hasil uji laboratorium, apakah teror ini dilakukan dengan molotov ataupun dibakar saja yang terlebih dahulu disiramkan minyak," kata Guntur.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 


Empat Kasus Teror Pejabat

Lantai teras rumah anggota DPRD Riau menghitam usai dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal. (Liputan6.com/M Syukur)

Sebelumnya, teror menimpa Pelaksana Harian Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru, Shanti Rahmayanti di Jalan Serayu Gang Meranti, pada akhir Agustus 2017. Rumahnya diduga dilempar bom molotov.

Berikutnya, kediaman anggota DPRD Riau, Supriati di Jalan Dwikora Kelurahan Sukamaju, yang menjadi sasaran pelaku teror pada Selasa dini hari, 3 Oktober 2017. Rumah kedua korban tersebut memang tidak hangus, hanya bagian depannya yang menghitam.

Sepuluh hari berselang, kejadian serupa kembali terjadi dan menimpa Nurhasim. Mobil milik pengurus Lembaga Adat Melayu Kota Pekanbaru ini menjadi sasaran teror dan terbakar hangus di Jalan Utama Perumahan Kulim Indah, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayanraya, Kota Pekanbaru.

Jauh sebelum rangkaian tiga kejadian teror itu, rumah mantan Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Pekanbaru dilempari mercon sehingga sempat dikira bom meledak. Dari semua kejadian itu, belum satupun pelakunya terungkap.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya