Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bervariasi pada awal sesi perdagangan saham. Namun pergerakan IHSG cenderung terbatas.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (13/11/2017), IHSG turun tipis 1,07 poin atau 0,02, persen ke posisi 6.020. Pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG naik tipis 1,61 poin ke posisi 6.022,92. Indeks saham LQ45 menguat 0,17 persen ke posisi 1.002. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Ada sebanyak 83 saham menguat sehingga mendorong kenaikan IHSG. 38 saham melemah dan 90 saham lainnya diam di tempat. Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.031,66 dan terendah 6.020,14.
Baca Juga
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 10.100 kali dengan volume perdagangan 265,9 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 156,4 miliar. Investor asing masih melakukan aksi jual Rp 17,08 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.549.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham kompak menghijau kecuali sektor saham barang konsumsi turun 0,20 persen. Sektor saham industri dasar dan infrastruktur masing-masing naik 0,39 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan naik 0,27 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers pada awal sesi antara lain saham OKAS naik 9,52 persen ke posisi Rp 575, saham BIPI menguat 5,88 persen ke posisi Rp 90, dan saham SAME melonjak 4,55 persen ke posisi Rp 690 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MTWI turun 3,23 persen ke posisi Rp 300, saham PADI merosot 2,83 persen ke posisi Rp 1.200 per saham, dan saham SDMU susut 2,19 persen ke posisi Rp 268 per saham.
Sebagian besar bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,23 persen, indeks saham Shanghai mendaki 0,31 persen, dan indeks saham Singapura menguat 0,11 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,70 persen dan indeks saham Taiwan susut 0,09 persen.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang positif pada awal pekan ini. Namun laju IHSG dibayangi aksi ambil untung pelaku pasar.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, kondisi pergerakan IHSG masih terlihat cukup kuat bertahan dalam rentang konsolidasi wajar. Hal itu ditopang oleh fundamental ekonomi yang stabil. William menuturkan, bila terjadi koreksi, hal itu dapat dimanfaatkan untuk aksi beli saham dalam jangka panjang.
"IHSG berpotensi melaju di zona positif di kisaran 5.972-6.123," ujar William dalam ulasannya, Senin pekan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Melemah Selama Sepekan
Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah selama sepekan. IHSG konsolidasi secara mingguan.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Minggu 12 November 2017, IHSG turun 0,29 persen secara mingguan dari posisi 6.039,5 pada 3 November 2017 menjadi 6.021,8 pada 10 November 2017. Untuk pertama kali secara mingguan, IHSG konsolidasi.
Penurunan IHSG juga didorong saham-saham unggulan masuk LQ45 turun 0,44 persen. Sementara itu, saham berkapitalisasi kecil cenderung mendatar. Investor asing pun masih melakukan aksi jual di pasar saham dengan nilai US$ 65 juta.
Sedangkan obligasi atau surat utang naik 0,30 persen. Imbal hasil surat utang pemerintah atau obligasi bertenor 10 tahun mendatar di kisaran 6,6 persen. Investor asing asing melakukan aksi beli di pasar obligasi senilai US$ 689 juta.
Ada sejumlah hal pengaruhi pasar keuangan selama sepekan. Pertama, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trup melakukan kunjungan kerja ke Asia. Ia juga menghadiri KTT APEC di Da Nang, Vietnam. Ia akan membuat pernyataan soal peraturan perdagangan baru dan melobi soal Korea Utara. Di pertemuan KTT APEC, Presiden Trump juga bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kedua, panel senat AS akan mendengar calon pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell pada 28 November. Sebelumnya Presiden Trump sudah memilih calon pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell untuk menggantikan Janet Yellen.
Ketiga, Senat juga menunda rencana pemangkasan pajak. Keempat, dari Asia, pemerintah China mengumumkan membuka kepemilikan investor asing di sektor jasa keuangan. Investor asing dapat memiliki saham menjadi 51 persen di bank, perusahaan sekuritas, manajer investasi dan lainnya.
Kelima, kondisi Arab Saudi juga menjadi perhatian. Apalagi usai pemerintah Arab Saudi menahan miliarder dan Pangeran Alwaleed bin Talal dan 10 pangeran lainnya, serta sejumlah menteri dan mantan pejabat. Penangkapan 11 menteri dan pejabat itu karena diduga melakukan korupsi.
Advertisement