Liputan6.com, Jambi - Tim Densus 88 baru saja menggeledah rumah Eka Fitria (24) salah satu terduga pembakar Polres Dharmasraya, Sumatera Barat. Oleh warga sekitar, Eka dikenal pendiam dan kerap berlatih memanah bersama beberapa rekannya.
"Saya sering melihat dia (Eka) berlatih memanah bersama teman-temannya di daerah sini. Rutin, hampir tiap pekan," ujar Agus, salah seorang tetangga Eka di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi saat dihubungi Senin (13/11/2017).
Lokasi latihan memanah itu kerap dilakukan di belakang sebuah masjid yang ada di komplek tersebut. Menurut Agus, latihan itu biasa digelar setiap Minggu pagi.
Baca Juga
Advertisement
Dari pengamatan Agus, Eka dan teman-temannya tak hanya berlatih memanah biasa. Terkadang ujung panah menggunakan api. "Namun saya tak curiga, saya pikir ya latihan biasa saja. Karena memang sering begitu," ucapnya.
Senin pagi tadi, kediaman Eka baru saja digeledah Tim Densus 88. Meski hanya sebentar, hal itu sempat mengejutkan sejumlah tetangga sekitar. Sebuah busur panah, golok, dan bundelan dokumen tampak dibawa petugas Densus 88 dari rumah Eka.
Rumah Eka tertelak di pusat Kota Bungo, ibu kota Kabupaten Bungo. Lokasinya bahkan tak jauh dari Polres Bungo dan berdekatan dengan sejumlah kantor pemerintah lainnya.
Anak Perwira Polisi
Sementara itu, Mabes Polri mengindentifikasi dua pelaku pembakaran Polres Dhamasraya, Sumatera Barat yang tewas ditembak petugas saat peristiwa pembakaran terjadi, Minggu dinihari lalu. Salah satunya bernama Eka, anak seorang anggota Polri berpangkat Ipda yang bertugas di Polres Bungo, Provinsi Jambi.
Eka termasuk dalam Jamaah Ansor Daulah (JAD), salah satu jaringan ISIS di Indonesia yang menjadikan polisi sebagai musuh mereka. Kelompok yang telah diidentifikasi Detasemen Khusus 88 itu tidak segan-segan menyerang fasilitas kantor, asrama atau anggota Polri yang sedang bertugas.
"Sudah saya perintahkan Kadensus melakukan pengejaran," tegas Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Ambon, Maluku, Senin (13/11/2017).
Kapolri menjelaskan, berdasarkan hasil penyidikan sementara dan pengakuan orang tua Eka, anaknya itu pernah ke Sumedang dan menikah. Di sanalah Eka diduga terkena paham radikal.
"Jamaah Ansor Daulah ini menganggap polisi adalah kelompok thogut yang harus dijadikan musuh, " kata Kapolri.
Untuk itu, dia telah meminta jajarannya supaya meningkatkan sistem pengamanan di masing-masing daerah, kantor-kantor kepolisian, tingkat Polda, Polres, Polsek ataupun pos polisi.
"Tidak perlu siaga satu, Densus sedang mengejar mereka, jaringan mereka sudah teridentifikasi," terang Kapolri.
Tito juga berharap pasca-pembakaran Polres Dharmasraya, pelayanan tidak boleh terganggu. Berkas administrasi yang terbakar bisa segera dipulihkan dan Polda Sumatera Barat bisa segera restorasi dan rekontruksi kembali fasilitas Polres.
Advertisement