Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ingin investor China mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Hal ini untuk mendorong capaian target EBT dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.
Ignasius Jonan mengatakan, saat ini dunia telah berubah dan aspek lingkungan harus menjadi prioritas. Karena itu, perlu dilakukan pengembangan EBT yang ramah lingkungan.
"Kami menyadari bahwa dunia sudah berubah, terutama aspek lingkungan hidup," kata Jonan,saat menghadiri The 5th Indonesia-China Energy Forum (ICEF V), di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Senin (13/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Jonan mengungkapkan, dalam forum energi Indonesia-China diharapkan muncul kerja sama untuk pengembangan EBT, khususnya pembangkit listrik dengan sumber energi EBT.
"Oleh karena itu Pemerintah Indonesia menyambut baik apabila ada studi dan kerja sama di bidang EBT, juga kerja sama listrik di bidang EBT," tutur dia.
Jonan menuturkan, investor asal Eropa, Amerika dan Jepang aktif mengembangkan energi baru terbarukan. Sedangkan investor dari China belum terlalu besar. Oleh karena itu, dia mendorong investor China ikut menggarapnya, agar target porsi EBT dalam bauran energi sebesar 23 persen tercapai pada 2025.
"Terus terang saya setahun terakhir ini tidak melihat aktivitas besar perusahaan China di bidang EBT. Kebanyakan negara Eropa, Amerika dan Jepang. Nah, oleh karena itu, kami sangat mendorong," tutur Jonan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terhenti 7 Tahun, RI Kembali Jalin Kerja Sama Energi dengan China
Sebelumnya, Indonesia dan China membuka kembali forum energi yang sempat terhenti selama tujuh tahun. Dengan tersambungnya kembali forum ini, diharapkan dapat meningkatkan kerja sama pada sektor kelistrikan, pertambangan, minyak dan gas bumi, serta Energi Baru Terbarukan (EBT).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, dalam forum yang bernama The 5th Indonesia-China Energy Forum (ICEF V), kedua belah pihak telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU), sebagai payung hukum peningkatan kerja sama pengembangan sektor energi yang meliputi migas, ketenagalistrikan, EBT,dan pertambangan.
Dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan dari pemerintah kedua negara tersebut, hadir perwakilan 96 perusahaan asal China dan 40 dari Indonesia. Jonan menginginkan, ada hasil kerja sama yang nyata.
"Kami berharap, dalam diskusi working group ini, ada hasil nyata, dan bisa dilakukan secepatnya," tutur Jonan saat menghadiri ICEF V, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Senin 13 November 2017.
ICEF sempat dihentikan pada 2010. Kemudian pemerintah Indonesia dan China berkomitmen untuk melanjutkan kembali forum energi tersebut, setelah tujuh tahun tidak berjalan.
"Pada hari ini, kita menyelenggarakan Indonesia China Energy Forum ke-5. Terakhir diadakan pada 2010 lalu di Tiongkok," paparnya.
Advertisement