Liputan6.com, Dublin - Seruan akan dukungan terhadap pengungsi Rohingya yang kian menderita di lokasi pengungsian terus mengalir. Tak hanya dari tokoh dunia dan pejabat politik, dukungan serupa juga disampaikan oleh selebritas dunia.
Bob Geldof misalnya. Penyanyi Rock asal Irlandia itu mengatakan akan mengembalikan penghargaan Freedom of the City of Dublin karena penghargaan itu juga dimiliki pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (14/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Geldof menuduh Suu Kyi terlibat dalam apa yang dikatakan banyak pihak, termasuk PBB, pembersihan etnis Rohingya di Myanmar.
Pendiri badan yang disebut Live Aid tersebut mengatakan, Suu Kyi turut membantu melakukan genosida dan itu dianggap sebagai hal yang memalukan.
Suu Kyi adalah seorang peraih hadiah Nobel atas kepemimpinannya dalam gerakan demokrasi di Myanmar.
Tetapi ia mendapat kecaman luas sebagai pemimpin sipil negara yang membiarkan kekerasan terjadi dan telah menyebabkan banyak warga Rohingya lari menyelamatkan diri dari wilayah Rakhine.
Pesan Malala ke Aung San Suu Kyi
Serangan militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) terhadap aparat keamanan Myanmar pada 25 Agustus 2017 berbuntut persekusi pada warga Rohingya. Ratusan orang tewas, lebih dari 60 ribu etnis minoritas tersebut berusaha lari ke perbatasan Bangladesh.
Apa yang terjadi di negara yang baru lepas dari junta militer itu menjadi perhatian dunia. Pemenang Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, meminta Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, ikut mengutuk "perlakuan tragis dan memalukan" terhadap warga Rohingnya.
"Selama beberapa tahun terakhir, saya terus mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini. Saya masih menunggu sesama pemenang Nobel, Aung San Suu Kyi, untuk melakukan hal serupa. Dunia, juga muslim Rohingya menantinya," kata Malala dalam akun pribadinya @Malala, 3 September 2017.
"Hentikan kekerasan. Hari ini kita menyaksikan anak-anak kecil tewas akibat tindakan aparat keamanan Myanmar. Bocah-bocah itu tak menyerang siapa pun, tapi mengapa rumah mereka dibakar hingga binasa," tulis Malala.
"Jika Myanmar bukan rumah mereka, di mana mereka tinggal selama beberapa generasi, lalu di mana? Warga Rohingya harus diberikan kewarganegaraan Myanmar, negara di mana mereka dilahirkan."
Malala juga mengimbau negara-negara lain, khususnya Pakistan, dari mana ia berasal, memberikan bantuan pada warga Rohingya.
Seperti dikutip dari The Guardian, hampir 400 orang tewas dalam konflik yang terjadi belakangan. Militer Myanmar pun menghadapi tuduhan telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Advertisement