Liputan6.com, Manila - Donald Trump mengatakan bahwa ia menjalin "hubungan baik" dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Pernyataannya tersebut mencuat setelah pertemuan formal keduanya pada hari Senin, 13 November, di sela-sela KTT ASEAN di Manila.
Seperti dikutip dari Telegraph pada Selasa (14/11/2017) kedua presiden berbagi lelucon tentang media. Trump dilaporkan tertawa saat Duterte bercanda dengan mengatakan bahwa pers adalah "mata-mata".
Advertisement
Menurut Harry Roque, juru bicara pemerintah Filipina, kedua presiden memiliki ketidaksukaan yang sama, salah satunya, terhadap Barack Obama. Oleh Duterte, Obama pernah dijuluki "a son of whore" menyusul kritiknya atas kampanye antinarkoba yang dilancarkan pemimpin Filipina tersebut.
Keduanya diketahui sempat bersulang sebelum Presiden Filipina itu naik ke panggung dan menyanyikan sebuah lagu atas permintaan Trump.
Catatan rincian pertemuan mereka muncul pada Senin siang di mana Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan pada media bahwa pembicaraan Trump dan Putin fokus pada ISIS, narkoba, dan perdagangan.
"Pembicaraan terkait HAM muncul dalam konteks perang Filipina melawan narkoba," kata Sanders.
Namun, Roque membantah adanya pembahasan seputar HAM. Ia menerangkan bahwa keduanya berbicara panjang tentang perang antinarkoba yang dicanangkan Duterte tak lama setelah ia sah memimpin Filipina.
"Tidak, isu itu tidak disinggung. Namun, Presiden (Duterte) menjelaskan panjang lebar soal perang antinarkobanya," ucap Roque. Ia menambahkan, "Dari bahasa tubuh Presiden AS, dia tampaknya sepakat".
Menurut Roque, Trump bicara panjang lebar soal perdagangan, di mana ia mengeluhkan bahwa ekspor mobil AS ke Filipina terhalang oleh apa yang disebutnya tarif tak adil.
Di antara sejumlah pertemuan antar kepala negara yang terjadi di sela-sela KTT ASEAN, tatap muka antara Duterte dan Trump adalah yang paling dinantikan mengingat keduanya sama-sama kerap melontarkan pernyataan kontroversial.
Kehadiran Trump dalam KTT ASEAN disambut demonstrasi pada hari Minggu dan Senin. Para pendemo mengusung sejumlah slogan seperti "Trump Go Home" dan "Ban Trump #1 terrorist". Polisi anti huru-hara pun diterjunkan untuk mengendalikan massa.
Lawatan ke Filipina menjadi penutup dalam rangkaian kunjungan perdana Trump ke Asia. Ia mengawalinya dengan menginjakkan kaki di Jepang, lalu lanjut Korea Selatan dan China. Dari Beijing, Trump bertolak ke Vietnam untuk menghadiri KTT APEC.