Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengimbau agar Rusia dan Amerika Serikat menarik pasukan mereka dari Suriah.
"Saya sulit memahami hal ini. Jika solusi militer (di Suriah) tidak ada, maka pihak yang melontarkan pernyataan tersebut (Rusia dan AS) seharusnya menarik pasukan mereka keluar ... dan melangkah untuk mengambil solusi politik," ujar Presiden Erdogan, seperti dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (14/11/2017).
Pernyataan Erdogan ini muncul dua hari setelah Kremlin merilis pernyataan yang di sela-sela KTT APEC di Vietnam, di mana Putin dan Trump setuju bahwa tidak solusi militer atas konflik di Suriah. Keduanya juga meminta pihak yang terlibat perang untuk ambil bagian dalam pertemuan Jenewa -- upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik Suriah yang ditempuh di bawah naungan PBB.
Rusia diketahui merupakan sekutu utama rezim Bashar al-Assad. Sementara itu, AS mendukung pasukan pemberontak yang melawan rezim tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Erdogan mengekspresikan keraguannya bahwa Rusia dan AS akan menarik diri dari Suriah. "AS mengatakan akan benar-benar meninggalkan Irak, tapi mereka tidak melakukannya. Dunia tidak bodoh, kadang-kadang omongan dan praktik lapangan berbeda."
Baca Juga
Advertisement
Turki, Rusia, dan Iran sendiri menjalankan perundingan lain atas konflik Suriah. Pembicaraan ini terpisah dengan proses yang dilakukan di Jenewa.
Sama seperti Moskow, Teheran juga merupakan sekutu utama rezim Assad. Di lain sisi, Turki mendukung kelompok pemberontak.
Dalam waktu dekat, Erdogan dan Putin akan melakukan pertemuan bilateral di Sochi. Ini merupakan pertemuan keempat mereka di sepanjang 2017.
Tatap muka Erdogan dan Putih dinilai bertujuan untuk memperbaiki hubungan baik kedua negara yang memburuk pasca-insiden penembakan pesawat Rusia oleh Turki dua tahun lalu.
Putaran Perundingan Baru
Menurut pejabat senior Kementerian Luar Negeri, pernyataan bersama ini merupakan hasil dari "diskusi berbulan-bulan yang cukup intens" dan difinalisasi di KTT APEC antarpara diplomat.
Salah seorang pejabat mengungkapkan bahwa pernyataan bersama ini mewakili komitmen tegas Rusia terhadap proses perdamaian yang didukung oleh PBB.
"Kami sangat jelas bahwa tidak akan ada bantuan rekonstruksi di Suriah sampai ada proses politik yang bergerak," tutur pejabat tersebut.
Utusan PBB untuk Suriah mengumumkan bahwa putaran perundingan baru dijadwalkan akan berlangsung di Jenewa pada 28 November. Sebelumnya, rezim Assad dan oposisi Suriah telah bertemu dalam tujuh sesi, tapi semuanya gagal mencapai kata sepakat.
Advertisement