Liputan6.com, Jakarta - Saat berkendara di musim hujan, banyak yang mengatakan agar tekanan udara di dalam ban harus dikurangi dari aturan yang telah ditetapkan pabrikan.
Menanggapi hal tersebut, Chief Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu angkat bicara. Dia tak menampik, tekanan angin di lintasan basah dan kering memang berbeda.
Baca Juga
Advertisement
“Hanya saja (musim hujan) kalau dikurangin, tapi tidak signifikan (jumlah banyak). Terutama kalau mobil dalam kota yang kita pakai. Itu kurangnya 1-2 psi (pounds per square inch),” ungkap Jusri kepada Liputan6.com, Selasa (14/11/2017).
Jusri beralasan, pengurangan tekanan angin kerap dilakukan agar kendaraan mampu memberikan traksi lebih saat musim hujan. Lintasan basah, lanjut dia, dapat membuat traksi roda ke permukaan (jalan) berkurang.
Lebih lanjut Jusri menuturkan, jika berkendara di musim hujan, tentu hal itu akan membuat permukaan jalan tetap dingin. Alhasil, saat terjadi gesekan antara roda dan permukaan jalan, maka tidak menimbulkan suhu panas seperti saat melintasi jalanan di musim kemarau.
"Jadi misalnya tekanan angin dari 30 psi turun 28 tsi itu no problem. Tapi kalau dia 30 psi tekanan dari pabrik, lalu dipakai 20 itu baru problem," ucapnya.
Oleh karena itu, kondisi ban tetap harus dilakukan pengecekan secara berkala. Sebab, tekanan ban telah dianjurkan pabrikan otomotif. Tekanan ban kendaraan yang tepat bisa dilihat dari buku manual maupun tertera di sisi dalam pintu mobil berdekatan dengan sopir.
Nah, jika tekanan angin sengaja dikurangi atau ditambah dengan jumlah sangat banyak jauh dari standar pabrikan, tentunya hal itu akan mengurangi traksi dan sangat berbahaya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Musim Hujan, Cek Komponen Sepeda Motor yang Sering Terlupa
Hujan yang mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia tentu menjadi peringatan bagi para pengendara sepeda motor untuk lebih berhati-hati saat berkendara.
Selain itu, musim hujan para rider juga harus mempersiapkan tunggangannya agar tetap dalam kondisi prima. Sebab, air hujan yang bercampur tanah kerap merepotkan para pemilik sepeda motor.
Menurut Kepala Bengkel AHASS (Astra Honda Authorized Service Station) Daya Motor Cibinong Asep Suherman, meski tak perlu persiapan khusus, sepeda motor harus dilakukan servis rutin agar kondisinya tetap andal saat dikendarai.
Lebih lanjut, Herman menyatakan, saat masuk musim hujan, ada komponen sepeda motor yang perlu dilakukan pengecekan rutin yaitu gear seat, termasuk rantai.
“Komponen rantai dan gear bagian depan dan belakang harus sering-sering dilumasi. Karena bagian itu jika terkena hujan lalu kepanasan, maka yang perlu dilakukan adalah melumasi menggunakan pelumas semprot,” Herman saat ditemui Liputan6.com di bengkel AHASS Daya Motor Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/11/2017).
Untuk motor jenis non-matik, rantai sepeda motor termasuk komponen penting karena berfungsi mendistribusikan gerak dari mesin ke roda. Karena itu, bagian ini perlu dilakukan pengecekan.
Selain itu, rantai kendur dan gear lancip merupakan sinyal bahwa itu harus diganti. Jika tak segera diganti, maka rantai berpotensi slip dari gir saat berputar. Ada juga beberapa bagian lainnya yang harus dilakukan pengecekan jelang musim hujan, seperti pada bagian rem. Tak sedikit, saat musim hujan, ditemukan kasus rem tidak berfungsi.
Tak hanya itu, lampu juga harus dilakukan pengecekan. Sebab, jika lampu penerangan mati saat terjadi hujan, maka visibilitas pengendara menjadi terbatas.
Bagian lainnya yang harus dicek adalah ban. Jika ban sudah menipis, maka yang dikhawatirkan adalah traksi ban ke aspal berkurang. Alhasil, ban sulit dikendalikan karena botak.
Advertisement