Harga Minyak Turun 2 Persen karena Peningkatan Produksi AS

International Energy Agency (IEA) dalam laporannya berseberangan dengan organisasi pengekspor minyak (OPEC).

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Nov 2017, 06:00 WIB
Tambang Minyak (REUTERS/Cooper Neill)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun dua persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dan menjadi penurunan ketiga berturut-turut karena adanya peningkatan produksi minyak mentah di AS. Selain itu, prospek yang suram mengenai pertumbuhan permintaan global juga membayangi gerak harga minyak.

Analis mencatat bahwa harga minyak juga tertekan oleh aksi jual komoditas global yang dipimpin oleh logam dasar seperti nikel dan tembaga. Aksi jual ini setelah China mengumumkan pertumbuhan perekonomiannya yang lebih rendah dari perkiraan analis.

Mengutip Reuters, Rabu (15/11/2017), harga minyak mentah Brent turun US$ 1,24 atau 2 persen ke level US$ 61.92 per barel. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,16 atau 2 persen ke level US$ 55,60 per barel.

Pengamat pasar komoditas menjelaskan bahwa penurunan tersebut menyebabkan beberapa pelaku pasar yang bertransaksi secara jangka pendek merasa guguk dan kemudian melakukan aksi jual sehingga semakin menekan harga minyak.

International Energy Agency (IEA) dalam laporannya berseberangan dengan organisasi pengekspor minyak (OPEC). Jika IEA sedikit pesimistis sedangkan OPEC sangat optimistis dengan permintaan minyak dunia.

International Energy Agency memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak sebesar 100 ribu barel per hari pada tahun ini dan selanjutnya menjadi sekitar 1,5 juta barel per hari di 2017 dan 1,3 juta barel per hari pada 2018.

IEA mengatakan bahwa suhu yang lebih hangat bisa mengurangi konsumsi minyak dunia. Selain itu, produksi yang meningkat tajam dari beberapa negara produsen minyak membawa kembali kelebihan pasokan di paruh pertama 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ketegangan Timur Tengah

Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak turun terpicu ketegangan di Timur Tengah dan taruhan para manajer investasi yang diimbangi peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat (AS).

Ketegangan Timur Tengah beberapa waktu telah mendukung harga minyak di pasar saham, terlepas dari kekhawatiran bahwa output dapat meningkat lebih jauh.

"Kenaikan produksi di Arab Saudi yang menghasilkan lebih dari 10 juta barel per hari akan bertambah. Ini adalah tingkat baru dari risiko geopolitik," kata John Kilduff Partner dari Again Capital.

Di sisi penawaran, ketegangan di Timur Tengah menimbulkan prospek gangguan. Aksi bersih-bersih oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman adalah salah satu faktor kunci yang meningkatkan kekhawatiran tentang stabilitas politik di produsen minyak terbesar di kawasan ini.

Perhatian regional lainnya termasuk perang di Yaman dan meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan Iran juga menjadi perhatian investor.

Selain itu, para pedagang juga mengkhawatirka gempa kuat yang melanda Iran dan Irak pada hari Minggu telah mempengaruhi produksi minyak di kawasan ini.

Bahrain mengatakan pada akhir pekan bahwa sebuah ledakan yang menyebabkan kebakaran pada pipa minyak utamanya pada hari Jumat akibat aksi sabotase, yang dilakukan Iran, meski negara ini menolak adanya peran apapun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya