Tak Capek, Naik 'Taksi' Mendaki Gunung Ijen

Kini ke Kawah Ijen sudah ada sarana transportasinya. Jadi bisa mendaki gunung anticapek.

oleh Ramdania El Hida diperbarui 15 Nov 2017, 08:04 WIB
Kawah Ijen (Times Indonesia/Hafil Ahmad)

Liputan6.com, Banyuwangi - Anda yang tak kuat berjalan mendaki, tetapi berhasrat menikmati keindahan kawah Gunung Ijen, kini ada 'solusi' nya.

Banyuwangi Gelar Festival Apresiasi Prestasi Anak Berkebutuhan Khusus Solusi itu berupa naik 'taksi' Ijen, sebuah alat transportasi 2 roda dengan rangka bodi yang telah dimodifikasi seperti gerobak lengkap dengan tempat duduk empuk.

Taksi ini ramah lingkungan karena hanya menggunakan mesin bertenaga manusia. Ada juga masyarakat yang menamainya troli yang biasanya digunakan sebagai alat mengangkut belerang oleh para penambang di gunung yang berada di perbatasan antara Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur ini.

Sepintas, biaya yang wajib dikeluarkan itu cukup besar, Rp 800 ribu per orang, dari Paltuding menuju puncak Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Ijen. Namun bagi wisatawan yang jarang melakukan perjalanan kaki sejauh 3 kilometer dengan trek menanjak hingga lebih dari 45 derajat serta kondisi trek yang berkelok, kehadiran taksi ini cukup membantu.

Berbeda ketika turun dari puncak, tarif yang tawarkan terbilang murah dari ongkos naik ke puncak, cukup Rp 200 ribu saja. Tak perlu khawatir saat turun karena taksi ijen itu telah dilengkapi dengan rem tromol yang mampu mengendalikan saat melintas turun.

Inovasi jasa angkutan yang dimodifikasi sedemikian rupa dengan tempat duduk yang mampu mengangkut 1 orang dewasa dan 1 orang anak ini otomatis dapat menambah penghasilan penambang belerang. Dalam sehari, setiap penambang yang menggunakan troli mampu mengangkut 1 orang hingga 3 wisatawan.

 

Times Indonesia

 

Simak video pilihan berikut ini:


Semua Senang Ada 'Taksi' di Kawah Gunung Ijen

Keindahan Gunung Ijen yang menjadi primadona wisatawan.

"Kalau yang naik berat badannya diatas 80 kilogram yang narik 4 orang, 1 di belakang sebagai ‘driver’ dan 3 orang didepan menarik troli menggunakan tali tambang yang diikatkan di pinggang atau di pundak ‘co driver’,” ujar Eko salah seorang pemilik Taksi Ijen, Minggu (12/11/2017).

Dari tarif sekali angkut, kata bapak 5 anak itu, akan dibagi rata dengan penambang belerang lainnya. Sedang kalau ada pengunjung yang menggunakan jasa mereka saat turun dari puncak Gunung Ijen biasanya cukup 2 orang, dan keduanya berada di belakang penumpang. Taksi ini dapat membantu wisatawan yang kelelahan atau takut terpeleset saat turun karena tidak kuat menahan beban berat badannya sendiri.

"Ya senang, baru tengok Ijen ini. Ada 'taksi' Ijen bisa bantu saya naik ke puncak," kata Siti Umairoh, seorang wisatawan asal negeri Jiran, Malaysia.

Seorang penambang belerang lainnya, Sunaryo menambahkan, kalau pengunjung Gunung Ijen tidak memakai jasanya, dirinya kembali menjadi penambang yang rata-rata perharinya dapat memperoleh Rp 300 ribu. Namun, ada juga yang sejak dini hari menarik taksi dan pagi harinya tetap menjalankan profesinya sebagai penambang belerang.

"Kalau kuat saya ambil belerang juga. Kalau dihitung rata-rata pendapatan kita dari jasa mengantar pengunjung berkisar Rp 600 ribu per hari, kalau sepi ya nambang itu, dapat Rp 300 ribu per hari dari belerang," kata Sunaryo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya