Militer Zimbabwe: Kami Targetkan Kriminal, Bukan Presiden Mugabe

Melalui sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi, militer Zimbabwe mengatakan bahwa aksinya ditujukan kepada kriminal.

oleh Citra Dewi diperbarui 15 Nov 2017, 11:35 WIB
Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe (AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi, File)

Liputan6.com, Harare - Militer Zimbabwe mengambil alih kantor pusat penyiaraan nasional, ZBC, di tengah krisis politik yang sedang berkembang. Tak lama kemudian, sejumlah bunyi tembakan senjata berat dan artileri terdengar di pinggiran sebelah utara ibu kota, Harare.

Sejumlah sumber mengatakan, beberapa staf ZBC menerima tindakan kekerasan saat tentara mengambil alih kantor mereka di Harare pada 14 November 2017 malam waktu setempat. Namun, para pekerja diberi tahu agar mereka tak perlu khawatir karena kehadiran tentara di sana untuk melindungi gedung tersebut.

Mereka pun membacakan sebuah pernyataan melalui televisi ZBC, bahwa aksinya ditujukan untuk 'menargetkan kriminal'. Tentara itu menyebutkan, mereka ingin berurusan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan yang menyebabkan penderitaan sosial dan ekonomi di negara ini".

"Begitu kita menyelesaikan misi kita, kita berharap situasinya akan kembali normal," ujar pihak militer seperti dikutip dari BBC, Rabu (15/11/2017).

Namun, militer tak mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil alih militer pemerintah. Mereka pun mengatakan bahwa Presiden Robert Mugabe dan keluarga berada dalam kondisi aman dan keselamatannya terjamin.

Hingga kini belum jelas siapa yang memimpin aksi militer tersebut.

Peristiwa itu terjadi setelah partai yang berkuasa di Zimbabwe menuduh pemimpin militer, Jenderal Constantiona Chiwenga, telah melakukan pengkhianatan setelah ia memperingatkan kemungkinan adanya intervensi militer.

Chiwenga menantang Mugabe setelah ia memberhentikan wakil presidennya, Emmerson Mnangagwa. Ia juga mengatakan bahwa tentara siap bertindak untuk menghentikan 'pembersihan' di dalam Partai Mugabe, Zanu-PF.

Mnangagwa sebelumnya diperkirakan akan menjadi pewaris takhta Mugabe. Namun Ibu Negara Zimbabwe, Grace Mugabe, saat ini berada di baris terdepan untuk menggantikan Mugabe.

Persaingan antara Grace dengan Mnangagwa telah membuat perpecahan di Zanu-PF.

Bulan lalu Grace memperingatkan adanya kemungkinan rencana kudeta. Ia mengatakan bahwa sekutu-sekutu Mnangagwa mengancam kehidupan orang-orang yang tidak mendukungnya.

 


Tanggapan Partai Zanu-PF Soal Intervensi Militer

Partai Zanu-PF mengatakan bahwa komentar Chiwenga menganggu perdamaian nasional dan menghasut pemberontakan. Partai tersebut mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah menyerah pada ancaman militer.

Pemimpin sayap muda Zanu-PF, Kudzai Chipanga, mengatakan bahwa Chiwenga tak mendapat dukungan penuh dari seluruh militer -- sayap muda adalah pendukung kuat Grace Mugabe.

"Ini adalah negara kita dan masa depan yang dipertaruhkan dan kita tidak akan membiarkan orang militer mencampuri pemimpin partai tersebut dan secara sah akan memilih presiden negara ini," ujar Chipanga kepada awak media.

Chiwenga menyampaikan peringatannya tentang kemungkinan intervensi militer pada Senin 13 November 2017 dalam sebuah konferensi pers di markas tentara.

Ketegangan meningkat pada Selasa 14 November 2017 ketika kendaraan lapis baja terlihat bersiaga di jalanan di sekitar Harare -- meski tidak ada yang tahu tujuan mereka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya