Seistimewa Apa Nissan X-Trail Versi Hybrid?

Nissan X-Trail Hybrid memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dibanding varian konvensional.

oleh Amal Abdurachman diperbarui 16 Nov 2017, 06:02 WIB
Wajah Nissan X-Trail Hybrid (Amal/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Teknologi hybrid bukanlah barang baru di Indonesia. Beberapa pabrikan otomotif sudah memasarkannya di Indonesia. Salah satunya adalah PT Nissan Motor Indonesia dengan X-Trail Hybrid. Nissan X-Trail Hybrid diperkenalkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2015 silam. Saat itu, Indonesia menjadi negara kedua yang memasarkan Nissan X-Trail Hybrid setelah Jepang.

Dari segi desain, tidak ada perbedaan dengan X-Trail yang dijual selama ini. Namun, kursi pada baris ketiga dihilangkan untuk menyimpan baterai yang menjadi sumber nutrisi untuk mesin elektrik.

Berbeda dengan X-Trail konvensional, X-Trail Hybrid mengadopsi dua penggerak di ruang mesinnya. Kedua penggerak tersebut adalah mesin konvensional berbahan bakar bensin dan motor elektrik. Apa untungnya mengadopsi dua mesin dalam satu mobil? Idealnya, motor elektrik bekerja untuk menggerakkan mobil pada kondisi stop and go, sedangkan mesin bensin bekerja pada kecepatan tinggi sekaligus melakukan pengisian baterai.

 


Perpaduan Mesin Konvensional dan Motor Elektrik

Mesin Nissan X-Trail Hybrid (Amal/Liputan6.com)

Varian hybrid mengadopsi mesin 2,0 liter Dual CVTCS dengan kopling ganda dan satu motor elektrik. Mesin tersebut menghasilkan tenaga 142 Tk pada 6.000 rpm dengan torsi puncak 200 Nm pada 4.400 rpm. Motor elektriknya menghasilkan tenaga 40 Tk dengan torsi puncaknya 160 Nm. Jika digabungkan, mesin dan motor elektrik menghasilkan tenaga 182 Tk. Tenaga dari mesin konvensional disalurkan ke roda depan melalui transmisi CVT.

Masuk ke dalam ruang kabin, nyaris tidak ada perbedaan dibanding varian non-hybrid. Kecuali bangku baris ketiga yang hilang, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Setelah mencoba menyalakan mesin dengan menekan tombol start stop, karakteristik mobil hybrid baru terlihat.

Sistem hiburan maupun pendingin udara sudah berfungsi. Namun tidak terdengar suara mesin yang menyalak layaknya mobil konvensional, begitu juga jarum putaran mesin yang menunjuk angka 0. Indikator EV yang menyala menandakan mobil ini bekerja pada mode elektrik.

Jika Anda tidak terbiasa mengendarai mobil hybrid, maka Anda perlu mewaspadai proses ini. Pasalnya, saat berjalan di mode elektrik, nyaris tidak ada suara yang dihasilkan.

 


Mengarungi Hutan Beton

Tidak ada perbedaan signifikan pada eksterior Nissan X-Trail Hybrid (Amal/Liputan6.com)

Hanya saja, kesenyapan tersebut tidak berlangsung lama. Akibat saya meminta tenaga ekstra untuk melesat di jalan raya, mesin langsung menginterupsi untuk memberikan asupan tenaga. Menariknya, proses perpindahan dari mesin elektrik ke mesin konvensional nyaris tanpa hambatan. Memang mesin terdengar menyala, namun tidak menginterupsi momentum saat berakselerasi.

Anda dapat memantau energy flow yang terjadi di dalam mobil melalui multi information display. Saat mesin menyala, terlihat mesin menjadi penggerak utama sekaligus mengisi baterai. Saat berakselerasi secara penuh, motor listrik dan mesin konvensional bekerja sama untuk menggerakkan mobil secara optimal. Sistem pengereman regenerative akan mengoptimalkan momentum deselerasi untuk mengisi baterai.

Kepuasan tertinggi saat baterai terisi, dan mode EV aktif secara sepenuhnya di dalam perkotaan. Mode ini memberikan efisiensi bahan bakar terbaik, tanpa mengorbankan kenyamanan karena sistem hiburan maupun pendingin bekerja seperti biasanya. Motor elektrik bekerja untuk menggerakkan mobil di kondisi stop and go. Torsi puncak yang tersedia dari putaran rendah membuat mengarungi kemacetan terasa mudah, dan bahan bakar tidak terbuang.

 


Lebih Baik dari Varian Konvensional?

Buritan Nissan X-Trail Hybrid (Amal/Liputan6.com)

Mobil hybrid memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihannya, tentu mobil ini lebih canggih dibanding varian 'biasa'. Liputan6.com melakukan pengujian konsumsi bahan bakar di dalam sirkuit. Dengan memutar sirkuit sebanyak 5 kali, kecepatan rata-rata di jalur lurus 60 km/jam, dan saat berbelok 40 km/jam. Konsumsi yang berhasil diraih adalah 18 km/ liter. 

Namun, lebih banyak komponen artinya lebih banyak biaya perawatan yang harus dipersiapkan. Selain itu, harga varian hybrid kurang dapat bersaing saat ini karena dibebani pajak yang cukup memberatkan. Banderol harganya yaitu Rp 650 juta on the road Jakarta. Harga tersebut terpaut jauh dibanding X-Trail konvesional yang dibanderol mulai Rp 407 juta on the road Jakarta.

Meskipun demikian, upaya Nissan untuk memperkenalkan teknologi hybrid perlu diapresiasi. Karena saat ini industri otomotif global sedang dalam masa transisi untuk berpindah ke mobil listrik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya