Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan impor jeruk Mandarin dari China ke Indonesia sampai 147,50 persen pada Oktober 2017. Nilainya menjadi US$ 9,9 juta di bulan ke-10 ini, dan secara kumulatif mencapai US$ 85,6 juta sepanjang Januari-Oktober 2017.
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, kinerja impor Indonesia pada Oktober ini naik 11,04 persen menjadi US$ 14,19 miliar dibanding September 2017. Dibanding Oktober 2016 yang senilai US$ 11,51 miliar, nilai impor pada bulan ke-10 ini melonjak 23,33 persen.
Advertisement
Jika dilihat menurut penggunaan barang, salah satunya tersedot untuk impor barang konsumsi di Oktober ini yang sebesar US$ 1,25 miliar. Capaian itu naik 11,68 persen (month to month/mom) dan naik signifikan 29,58 persen (year on year/yoy).
"Barang konsumsi yang naik tinggi di Oktober ini adalah jeruk Mandarin segar (fresh Mandarin) dan creamy butter," kata Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan Oktober di kantornya, Jakarta, Rabu (15/11/2017).
Data BPS menunjukkan, Indonesia mengimpor buah jeruk Mandarin dari China senilai US$ 9,9 juta pada Oktober 2017. Realisasi impor itu meroket 147,50 persen dibanding nilai impor US$ 4 juta pada September 2017. Pada Oktober tahun lalu, impor jeruk mandarin Indonesia dari China senilai US$ 7,8 miliar.
Secara kumulatif, China memasok jeruk Mandarin ke Indonesia senilai US$ 85,6 juta pada periode Januari-Oktober 2017 atau melonjak 67,19 persen dibanding realisasi yang senilai US$ 51,2 juta sepanjang periode yang sama 2016.
"Naik tinggi impor jeruk Mandarin karena di China lagi panen besar, jadi hasil panen mereka dikirim ke sini (Indonesia)," kata Kepala Subdit Statistik Impor BPS, Rina Dwi Sulastri.
Sementara data impor creamy butter atau mentega dari Selandia Baru di Oktober ini naik tinggi 200 persen menjadi senilai US$ 17,4 juta dibanding realisasi September 2017 yang tercatat sebesar US$ 5,8 juta. Adapun posisi per Oktober 2016, nilai impor butter US$ 4,5 juta.
Sepanjang Januari-Oktober 2017, nilai impor creamy butter dari Selandia Baru meningkat signifikan 57,71 persen menjadi US$ 67,5 juta dibanding realisasi periode sama tahun lalu senilai US$ 42,8 juta.