Liputan6.com, Jakarta Masalah sampah semakin pelik. Di Jakarta saja, tercatat lebih dari 7.000 ton sampah muncul setiap harinya. Saat masyarakat dunia sedang gencar-gencarnya mendorong gaya hidup "mendaur ulang", ironisnya, persentase daur ulang sampah di Indoensia terbilang rendah.
Faktanya, masih banyak orang yang hidup dengan pola "linear" alias ambil–pakai–buang; yakni hampir seluruh sampah yang dihasilkan berujung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) secara tidak terkelola dan tidak terpilah.
Advertisement
Melihat kondisi tersebut, Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) berkolaborasi bersama Ancora Foundation menginisiasikan sebuah project bertajuk #PlasticReborn, sebuah program yang difokuskan untuk membangun pemahaman dan perilaku kelola sampah sebagai sebuah gaya hidup pada generasi muda.
Sebanyak 45 siswa siswi SMA bersama dengan guru mereka diundang untuk melakukan school trip ke TPA Bantar Gebang dan fasilitas Rumah Pemulihan Material (RPM) Waste4Change untuk diberikan edukasi cara bijak mengolah sampah, terutama plastik kemasan. Kegiatan serupa akan diteruskan sepanjang 1 tahun ke depan, melibatkan setidaknya 60 SMA dan 30 Universitas di Jabodetabek.
Titie Sadarini, Chief Executive CCFI mengatakan, salah satu inti permasalahan sampah berpulang pada perilaku dan kami sadar untuk mengubahnya dibutuhkan sebuah pendekatan holistik. Edukasi sangat penting, tapi hal itu tidak cukup.
Plastic Reborn
"Kita bisa melihat semakin bermunculannya komunitas-komunitas muda yang semakin peduli dengan masalah sampah. Ini artinya pemahaman terhadap isu ini semakin besar. Karenanya, yang juga dibutuhkan adalah bagaimana untuk terus menghadirkan insprasi positif agar kepedulian ini dapat terus diperluas sambil terus memberdayakan mereka untuk terlibat secara aktif menularkan semangat ini di lingkungan mereka sebagai perubahan yang positif," ujarnya melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (16/11/2017).
Ratri Wuryandari, Chief Executive Officer Ancora Foundation menambahkan, keterlibatan murid SMA dan Universitas agar mereka menjadi agen perubahan dan turut terlibat mengomunikasikan pada generasi muda lainnya tentang kelola sampah yang baik, hingga dapat dijadikan barang yang kreatif dan bernilai ekonomi.
"Besar harapan kami melalui acara school trip ke TPA Bantar Gebang, mereka sadar begitu besarnya isu sampah di lingkungan kita, khususnya Jakarta, sehingga partisipasi mereka pun akan tinggi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih bersih," ujarnya.
Advertisement