Pasokan AS Meningkat Bikin Harga Minyak Tergelincir

Kenaikan pasokan minyak dan bensin di Amerika Serikat yang tak terduga mempengaruhi pergerakan harga minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2017, 06:00 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah usai pemerintah Amerika Serikat (AS) melaporkan kenaikan pasokan minyak dan bensin. Akan tetapi, kenaikan penyulingan yang berlanjut dapat menahan pelemahan harga minyak.

Tekanan harga minyak terjadi juga didorong dari prediksi International Energy Agency (IEA) menyatakan permintaan minyak global akan melambat.

Sementara itu, the Energy Information Administration melaporkan pasokan minyak 1,9 juta barel. Kenaikan ini tidak sebesar yang dilaporkan the American Petroleum Institute sebanyak 6,5 juta barel.

"Secara keseluruhan laporan ini agak mendukung karena tidak turun seperti laporan the American Petroleum Institute. Oleh karena itu perlahan keluar dari sisi negatif," ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (16/1/2017).

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan turun 32 sen menjadi US$ 55,42 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent susut 19 sen menjadi US$ 62,02 per barel.

Sebelumnya IEA memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak sebesar 100 ribu barel per hari pada 2017 dan 2018. Ini berarti konsumsi minyak dunia belum mencapai yang diharapkan sekitar 100 juta barel per hari. Selain itu, pasokan juga masih berlebih seiring produksi AS terus meningkat.

Produksi minyak mentah AS naik lebih dari 14 persen sejak pertengahan 2016. Produksi minyak AS mencapai 9,65 juta barel per hari. IEA menyatakan produksi non OPEC akan meningkat 1,4 juta barel per hari pada 2018.

Hal tersebut menganggu upaya the Organization of the Petroleum Exporting Countires (OPEC) dan produsen lainnya untuk membatasi pasokan minyak dunia. OPEC akan kembali lakukan pertemuan pada 30 November dan diperkirakan menyetujui perpanjangan pemangkasan produksi minyak.

"Pentingnya negara-negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan untuk merumuskan strategi lantaran produksi minyak AS terus meningkat," ujar Abishishek Kumar, Analis Interfax Energy Global.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Harga Minyak Dua Persen

Sebelumnya harga minyak turun dua persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dan menjadi penurunan ketiga berturut-turut karena adanya peningkatan produksi minyak mentah di AS. Selain itu, prospek yang suram mengenai pertumbuhan permintaan global juga membayangi gerak harga minyak.

Analis mencatat bahwa harga minyak juga tertekan oleh aksi jual komoditas global yang dipimpin oleh logam dasar seperti nikel dan tembaga. Aksi jual ini setelah China mengumumkan pertumbuhan perekonomiannya yang lebih rendah dari perkiraan analis.

Mengutip Reuters, Rabu pekan ini, harga minyak mentah Brent turun US$ 1,24 atau 2 persen ke level US$ 61.92 per barel. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,16 atau 2 persen ke level US$ 55,60 per barel.Pengamat pasar komoditas menjelaskan bahwa penurunan tersebut menyebabkan beberapa pelaku pasar yang bertransaksi secara jangka pendek merasa guguk dan kemudian melakukan aksi jual sehingga semakin menekan harga minyak.

International Energy Agency (IEA) dalam laporannya berseberangan dengan organisasi pengekspor minyak (OPEC). Jika IEA sedikit pesimistis sedangkan OPEC sangat optimistis dengan permintaan minyak dunia.

International Energy Agency memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak sebesar 100 ribu barel per hari pada tahun ini dan selanjutnya menjadi sekitar 1,5 juta barel per hari di 2017 dan 1,3 juta barel per hari pada 2018.

IEA mengatakan bahwa suhu yang lebih hangat bisa mengurangi konsumsi minyak dunia. Selain itu, produksi yang meningkat tajam dari beberapa negara produsen minyak membawa kembali kelebihan pasokan di paruh pertama 2018.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya