Data Ekonomi AS Membaik, Harga Emas Merosot

Inflasi pada Oktober yang menguat mempengaruhi pergerakan harga emas. Lantaran inflasi jadi sinyal kenaikan suku bunga the Fed.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2017, 06:45 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah untuk pertama kali dalam tiga sesi meski indeks dolar Amerika Serikat (As) tergelincir.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$ 5,20 atau 0,4 persen ke posisi US$ 1.277,70 per ounce. Harga perak turun 10,2 sen atau 0,6 persen ke posisi US$ 16.971 per ounce.

Sedangkan dolar AS memperoleh banyak kelemahan pada awal perdagangan seiring kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai kemajuan perombakan pajak Amerika Serikat (AS) dan data inflasi AS. Demikian mengutip laman Marketwatch, Kamis (16/11/2017).

Sementara itu, indeks dolar AS diperdagangkan di level 93,79 saat harga emas sedikit berubah dari perdagangan kemarin. Pergerakan emas dan dolar AS sering terbalik karena pergerakan mata uang dapat menaikkan atau menurunkan daya tarik emas bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Data ekonomi AS menunjukkan indeks harga konsumen menguat pada Oktober memberikan sinyal kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve berada di jalur tepat untuk menaikkan suku bunga pada Desember. Kenaikan suku bunga ini juga diperkirakan dapat berlanjut pada 2018. Kenaikan suku bunga ini berdampak terhadap harga emas.

Sentimen lainnya pengaruhi pasar, menurut Analis Commerzbank Carsten Fritsch yaitu desas desus penjualan emas seiring masalah keuangan Venezuela. Dia menuturkan, Venezuela telah menukar 180 ton emas dengan bank investasi sejak 2015 untuk menerima pinjaman sebagai imbalan.

"Mungkin emas alami aksi jual usai pinjaman tidak terlaksana. Kelemahan harga emas berlanjut meskipun dolar AS terdepresiasi secara merata menyusul data Produk Domestik Bruto (PDB) yang bagus dari Jerman," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Harga Emas Sempat Menguat

Sebelumnya harga emas naik sedikit demi sedikit pada perdagangan Selasa sebagai imbas dari pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan pasar saham yang lesu. Harga emas mampu naik dari posisi terendah dalam satu pekan ini.

Sentimen lain yang mendorong kenaikan harga emas adalah ketidakpastian rencana reformasi perpajakan AS yang membuat para investor mencari instrumen yang aman.

Mengutip Reuters, Rabu 15 November 2017, harga emas di pasar spot naik 0,34 persen ke level US$ 1.281,94 per punce pada pukul 01.50 siang waktu New York, mulai merambat naik dari level US$ 1.270,56 per ounce yang merupakan terendah dalam satu pekan.

Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik US$ 4 atau 0,3 persen ke level US$ 1.282,90 per ounce.

Dolar AS memang jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama dunia. Pelemahan dolar AS ini mendorong harga emas dan beberapa komoditas lain yang berdenominasi dolar AS menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

"Selain itu, pasar saham secara keseluruhan jika terjadi pelemahan. Oleh sebab itu pelaku pasar mulai melakukan diversifikasi ke instrumen safe haven seperti emas," jelas analis RJO Futures Dan Hussey.

Dengan berbagai sentimen yang ada, ia memasang target harga emas bisa menyentuh level US$ 1.350 per ounce dalam jangka pendek.

Bursa saham AS anjlok usai saham General Electric merosot dalam dua hari berturut-turut dan penurunan harga minyak sehingga menekan saham-saham di sektor energi.

Kekhawatiran tentang rencana reformasi pajak AS yang diajukan oleh Partai Repulik dan kemampuan ekonomi untuk menghadapi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS menjadi tekanan terhadap aset yang dianggap berisiko dan membuat aset safe haven mulai diburu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya