Wall Street Melemah Bebani Bursa Asia

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street tertekan mendorong bursa Asia melemah pada perdagangan Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2017, 08:45 WIB
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah terbatas pada perdagangan saham Kamis pekan ini usai bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang melemah.

Pelemahan bursa Asia ini terjadi di tengah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang baik dan kurva imbal hasil surat berharga AS berada di level terendah dalam satu dekade. Sentimen lainnya yang mempengaruhi pasar yaitu kekhawatiran terhadap prospek pemangkasan pajak AS.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen pada awal perdagangan. Sementara itu, indeks saham Australia sedikit melemah. Indeks saham Jepang Nikkei cenderung mendatar. Demikian mengutip laman Reuters, Kamis (16/11/2017).

Bursa saham AS atau wall street juga bebani bursa Asia pada perdagangan Kamis pekan ini. Wall street melemah seiring sektor saham energi S&P 500 yang tertekan. Indeks saham Dow Jones turun 0,59 persen, indeks saham S&P 500 tergelincir 0,55 persen. Sedangkan indeks saham Nasdaq susut 0,47 persen.

Penurunan wall street terjadi meski sebagian data ekonomi AS membaik. Ini ditunjukkan dari inflasi AS menguat dan penjualan ritel mengalahkan perkiraan pelaku pasar. Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS positif. Namun data ekonomi AS membaik mendorong risiko kalau the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada Desember dan tahun depan.

Di pasar uang, indeks dolar AS naik tipis 0,04 persen ke posisi 93,84. Euro melemah 0,08 persen ke posisi US$ 1.1784. Di pasar komoditas, harga emas naik 0,01 persen ke posisi US$ 1.278,87.

Sedangkan harga minyak berada di bawah tekanan usai pemerintah Amerika Serikat (AS) melaporkan kenaikan stok minyak mentah dan bensin yang tak terduga. Di perdagangan Asia, harga minyak AS turun empat sen menjadi US$ 55,29 per barel. Harga minyak Brent berada di posisi US$ 61,87.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Sektor Energi Dorong Wall Street Tertekan

Sebelumnya Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah seiring sektor saham energi tertekan selama empat sesi. Hal itu didorong harga minyak dunia. Sementara itu, sektor saham teknologi yang catatkan performa terbaik pada 2017, membebani IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 95,91 poin atau 0,41 persen ke posisi 23.313,56. Indeks saham S&P 500 susut 8,41 poin atau 0,33 persen ke posisi 2.570,46. Indeks saham Nasdaq melemah 16,51 poin atau 0,24 persen ke posisi 6.721,37.

Pergerakan wall street dipengaruhi harga minyak. Selama empat sesi, harga minyak turun lantaran data menunjukkan kenaikan pasokan minyak dan bensin. Indeks sektor saham energi S&P 500 melemah empat persen, dan mencatatkan pelemahan paling tajam dalam tujuh bulan.

"Harga minyak sudah menguat dan sentuh level tinggi, pergerakan harga minyak ini berdampak besar untuk saham energi," ujar Peter Jankovskis, co-chief investment officer OakBrook Investments LLC, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 16 November 2017.

Saham Exxon turun satu persen menjadi US$ 81,49. Sementara itu, saham Schlumberger tergelincir dua persen menjadi US$ 61,55 usai sentuh level terendah sejak Januari 2016 di kisaran US$ 61,11. Harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kompak melemah usai sentuh level tertinggi dalam 2,5 tahun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya