Liputan6.com, Beirut - Presiden Lebanon Michel Aoun menyebut bahwa Perdana Menterinya, Saad Hariri, ditahan oleh Arab Saudi. Menurutnya, hal itu merupakan bagian dari tindakan agresi Saudi ke Lebanon.
Dalam pernyataan paling keras sejak Hariri menyatakan mundur dari jabatannya, Aoun menyebut PM-nya itu sebagai sandera Saudi.
"Apa yang terjadi bukan pengunduran diri dari pemerintah, tapi tindakan agresi terhadap Lebanon, kemerdekaan, dan martabatnya, serta melawan hubungan antara Arab Saudi dan Lebanon," ujar Aoun dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 15 November 2017 seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/11/2017).
"Kami tidak menerima bahwa (Hariri) masih disandera, dan kami tidak tahu alasan penahanannya," kata dia.
"Tidak ada yang membenarkan bahwa Perdana Menteri Saad Hariri tak ingin kembali setelah 12 hari (dari Arab Saudi). Oleh karena itu, kami menganggap dia sedang ditahan dan disandera, yang melanggar Konvensi Wina dan Dekralasi universal tentang hak asasi manusia."
"Tidak mungkin kami membuat keputusan tentang pengunduran diri ini dari luar negeri. (Hariri) harus kembali ke Lebanon dan mengajukan pengunduran dirinya sehingga kita dapat menyelidiki alasan dan cara untuk mengatasinya," kata Aoun dalam pernyataan yang dirils oleh kantor kepresidenan.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa saat setelah Aoun menyampaikan pernyataannya, Hariri dalam Twitter-nya berkata bahwa ia akan segera kembali ke Lebanon.
"Saya ingin menegaskan bahwa saya (dalam kondisi) sangat-sangat baik dan dengan seizin Tuhan saya ingin kembali ke Lebanon tercinta sesuai dengan janji saya. Lihat saja," tulis Hariri dalam akun Twitter-nya.
Pada awal pekan ini, Hariri menyatakan bahwa ia akan kembali ke Lebanon "sesegera mungkin" untuk menegaskan pengunduran dirinya.
Pernyataan Hariri tersebut disampaikan dari Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh. Itu adalah pertama kalinya Hariri bicara di muka publik sejak mengumumkan pengunduran dirinya.
Saat berbicara dengan Future TV, sebuah stasiun yang berafiliasi dengan partai politiknya, Hariri mengatakan bahwa ia bebas di Arab Saudi.
"Di sini, di Kerajaan Arab Saudi, saya bebas, saya sepenuhnya bebas. Namun, saya juga ingin menjaga keluarga saya," katanya. Hariri menambahkan, ia berencana untuk kembali ke Lebanon dalam waktu dekat seperti dimuat Al Jazeera.
Pengunduran Diri Saad Hariri yang Berselimut Teka-Teki
Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran dirinya di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
Pengunduran diri itu disampaikan dalam sebuah siaran televisi pada 4 November 2017. Melalui pernyataan tersebut, Hariri menuding Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon telah menabur perselisihan di negara-negara Arab dan ia takut dirinya menjadi korban pembunuhan.
Merespons hal tersebut, Presiden Lebanon Michel Aoun dan sejumlah politikus senior telah meminta Hariri untuk pulang. Hal itu disampaikan di tengah kecurigaan bahwa Hariri telah disandera pihak Saudi dan pengunduran dirinya dibayangi tekanan Riyadh.
Pemimpin Hizbullah dan salah satu tokoh paling menonjol di Lebanon, Hassan Nasrallah, menyebutkan bahwa Hariri mengundurkan diri karena telah dipaksa pihak Saudi. Ia mengatakan bahwa Arab Saudi berusaha menyingkirkan Hariri sebagai perdana menteri dan memaksakan kepemimpinan baru dalam gerakan politiknya.
Hariri meninggalkan Lebanon pekan lalu untuk melawat ke Arab Saudi dan sejumlah negara Teluk hingga ia kemudian menghebohkan publik dengan kabar pengunduran dirinya.
Bahkan rekan dekat di partainya tidak yakin alasan pasti di balik keputusan Hariri mundur atau kapan persisnya ia akan kembali ke Lebanon.
Usai mengumumkan pengunduran dirinya, Hariri diketahui sempat meninggalkan Arab Saudi dan menuju ke Uni Emirat Arab. Namun, akhirnya ia kembali ke Riyadh.
Advertisement