Keren, Kafe Ini Sajikan Hidangan Hasil Racikan Chef Difabel

Kafe Mbok Kom menjadi menarik lantaran beragam hidangannya diciptakan oleh chef difabel.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Nov 2017, 18:00 WIB
Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.
Liputan6.com, Surabaya Kafe Mbok Kom yang berlokasi di Jalan Madya Surabaya mendadak terkenal lantaran hampir 90 persen karyawannya berasal dari kalangan difabel. Jika ditelisik lebih dalam, kafe yang tak pernah sepi dari pengunjung ini hampir sama dengan warung kopi pada umumnya. Hanya saja menu makanannya yang menjadi pembeda, apalagi disajikan oleh chef difabel. 
 
Mochamad Shobik, pemilik kafe unik ini kepada Liputan6.com, Rabu (16/11/2017), mengatakan, kini orang-orang dari kalangan berkebutuhan khusus tidak bisa lagi dipandang sebelah mata, mengingat mereka bisa melayani bahkan menghasilkan beragam camilan lezat yang mengundang selera. 
 
"Awalnya, memang banyak komplain dari customer. Tapi saya anggap wajarlah, karena mereka enggak tahu kalau di sini pekerja dari kalangan disabilitas. Ada yang ditanya diam saja, ada juga yang diajak ngobrol tapi enggak bersuara. Di sana customer sempat merasa jengkel dan kecewa," ungkap Shobik. 
 
Dia menyampaikan, setelah pelanggan kafe tahu bahwa sebagian besar pekerja kalangan disabilitas, justru mereka merasa kagum. Bahkan tak jarang juga mendoakan agar usahanya lancar. Sebagian besar mereka datang dari berbagai kota, di antaranya Nganjuk, Trenggalek, Kediri, Sidoarjo, Surabaya, dan Bali. 
 
Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata

Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

"Soal komunikasi, sebenarnya bagi saya sendiri enggak ada kesulitan dengan pekerja difabel. Tapi ada sebagian karyawan lain yang belum mengerti bahasa isyarat yang digunakan terutama pelanggan kafe," ujarnya.

Dia menceritakan, warung kopi semi modern ini belum lama dibuka, terhitung sudah sebulan yang lalu. Dia yang juga mengalami tunadaksa harus menyembunyikan keinginannya dari keluarga untuk membuka usaha bersama kalangan difabel.

"Istri saya baru dikasih tahu H-3 jelang launching, sedangkan keluarga baik orangtua maupun saudara tahunya saat launching," kata Shobik.

Awalnya, mereka tak menyangka jika usaha ini digeluti bersama kalangan difabel. Namun, tekad dan doa restu orangtuanya yang membuat Shobik terus melangkah dan mengajak kalangan difabel berkembang tanpa memangku tangan orang lain.

"Sebagai kalangan difabel, kami banyak merasakan pelajaran dari orang lain. Bagaimana dikucilkan, dicemooh, dan lain-lain. Mereka beranggapan kita bisa apa. Tapi saya berkeyakinan, saya bersama teman-teman ini mampu layaknya orang normal," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya