Liputan6.com, Jakarta Banyak penelitian yang mengatakan bahwa penduduk yang tinggal di kota memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecemasan, stres, depresi dan penyakit kesehatan mental lainnya dari pada orang-orang yang tinggal di luar pusat kota.
Dilansir dari laman beautyheadlines.com, Minggu (19/11/2017) kemungkinan tersebut didukung oleh Gregory Bratman, seorang mahasiswa pascasarjana di Program Interdisipliner Emmett di Lingkungan dan Sumber Daya di Stanford University, yang telah mempelajari dampak psikologis dari kehidupan kota.
Advertisement
Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa seseorang yang berjalan sebentar melalui bagian kampus Stanford yang subur dan hijau, lebih mudah untuk memiliki rasa perhatian kepada orang lain dan lebih bahagia daripada mereka yang berjalan dengan jumlah waktu yang sama namun di lalu lintas yang padat.
Meskipun penelitian tersebut tidak memeriksa mekanisme neurologis yang mendasari dampaknya secara nyata, seseorang yang telah berjalan di area pepohonan menunjukkan perbaikan yang berarti dalam kesehatan mental mereka. Mereka juga memiliki sedikit aliran darah ke korteks prefrontal subgenual yang menyebabkan sebagaian otak tidak memikirkan apapun.
Alam berpengaruh pada kondisi kesehatan mental seseorang
Ditambah, para ilmuwan di Jepang menemukan adanya tingkat penurunan hormon kortisol sebanyak 12% (hormon penyebab stres) setelah Anda berjalan beberapa saat di hutan ataupun ruang hijau. Hal ini memiliki efek yang sama dengan meditasi.
Tak heran, jika ruang hijau seperti taman ataupun hutan dan perkebunan sering menjadi objek wisata untuk kita kunjungi demi melepas penat.
Tak sedikit orang yang menjadikan aktivitas seperti berkemah di alam lepas atau hanya sekedar piknik di taman yang penuh dengan pohon dan rerumputan sebagai pilihan utama untuk penyegaran. Bagaimana dengan Anda?
Risqi Rosmalawati
Advertisement