Liputan6.com, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk berencana menerbitkan project bond untuk beberapa ruas tol yang dimiliki. Upaya ini sebagai alternatif perusahaan dalam memperoleh modal kerja.
Direktur Utama Jasa Marga Desy Arryani mengatakan, setidaknya sudah ada 4 ruas tol yang berpotensi untuk dijadikan project bond. Keempat ruas tol ini dinilai sudah memiliki volume kendaraan yang stabil.
"Yang mau kita lepas itu JORR W2, Bali, Surabaya-Mojokerto dan Bogor Ring Road. Itu semua project bond, obligasinya di level project," papar Desy di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informarika, Jumat (17/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Rencana penerbitan project bond ini sebagai tindak lanjut dari suksesnya perusahaan dalam sekuritisasi jalan tol Jagorawi beberapa waktu lalu. Project bond ini menjadi alternatif lain dari sekuritisasi aset.
Desy menjelaskan, penerbitan project bond ini dinilai lebih menguntungkan bagi perusahaan dalam mendapatkan dana, mengingat tenor sangat bervariasi, mulai dari 3 tahun hingga 12 tahun.
"Jadi proyek tersebut akan mandiri, tidak perlu bantuan lagi dari holding. Makanya, kita akan ulangi," tegasnya.
Mengenai sekuritisasi, Desy mengaku juga tengah memilah-milah proyek mana yang akan di lepas di tahun depan.
Sebenarnya, jalan tol Jakarta-Cikampek cukup layak untuk disekuritisasi. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena tengah ada pembangunan, baik pembangunan jalan tolnya sendiri hingga LRT.
"Kita lihat tahun depan ya. Apa mungkin dalam kota. Nanti kita lihat. Karena, perkembangan infrastruktur jalan terus ya, makanya kami lihat yang aman," paparnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sekuritisasi aset
Sebelumnya, Jasa Marga melakukan sekuritisasi aset berbasis pendapatan ke depan (future revenue) pada Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Dana yang diperoleh dari sekuritisasi ini sekitar Rp 2 triliun.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal menjelaskan, perseroan menggunakan pendapatan Tol Jagorawi selama lima tahun dalam sekuritisasi aset ini. Pendapatan Tol Jagorawi dalam 5 tahun diperkirakan mencapai Rp 4 triliun. "Bisa sampai Rp 4 triliun, yang kita jual 2 triliun," ujar dia.
Dia menuturkan, sekuritisasi aset ini akan memikat para investor. Mengingat, volume kendaraan yang melintas terus meningkat. Di sisi lain, tarif tol angka meningkat sejalan dengan penyesuaian angka inflasi. Itu akan menopang pendapatan Tol Jagorawi.
"Ada kenaikan volume 2-3 persen, tarif sendiri bisa naik inflasi selama 2 tahun, tapi yang kami jual bukan aset tapi revenue-nya," ujar dia.
Dia mengatakan, sekuritisasi aset tersebut tidak mengurangi aset daripada perseroan. "Profit-nya kami bukukan sebagai pendapatan diterima di muka yang kita amortize selama masa sekuritisasi jadi revenue ke depan kita tidak berkurang," ujar dia.
Dana hasil sekuritisasi akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek Jasa Marga. Akan tetapi, dana tersebut tak digunakan secara khusus membiayai proyek tertentu. "Untuk umum, kita banyak, ada 18 proyek yang di pipeline termasuk Trans Jawa dia di-pull aja tidak dedicated," ujar dia.
Advertisement