Tiongkok Siapkan Pesawat Luar Angkasa Bertenaga Nuklir di 2040

Pesawat luar angkasa ini merupakan bagian dari rencana Tiongkok untuk misi antariksanya.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 20 Nov 2017, 06:30 WIB
Tiangong, stasiun luar angkasa Tiongkok. (Foto: The Guardian)

Liputan6.com, Jakarta - Ambisi Tiongkok untuk menjadi pimpinan di bidang luar angkasa ternyata tak main-main. Sejumlah rencana sudah disiapkan agar negara tersebut dapat menjadi unggulan di bidang antariksa.

Terbaru, China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) telah menghasilkan sebuah roadmap untuk mewujudkan rencana tersebut. Rencananya, proyek jangka ini akan dikembangkan hingga 2040.

Dikutip dari Engadget, Senin (19/11/2017), proyek ini dimulai dengan roket Long March yang dimulai pada 1970. Lalu pada 2020, Long March 8--roket berbiaya murah--direncanakan siap untuk meluncur.

Selepas itu, CASC berencana untuk menggunakan pesawat ulang alik yang dapat digunakan kembali pada 2025. Pesawat ini nantinya akan digunakan untuk kebutuhan tamasya luar angkasa.

Long March 9 dipersiapkan untuk terbang pada 2030. Terakhir pada 2040, badan antariksa tersebut berencana memiliki pesawat antariksa berbasis nuklir, tapi belum ada informasi tambahan seputar rencana ini.

Untuk informasi, Tiongkok memang dikenal cukup ambisius untuk mengembangkan misi antariksanya. Pertengahan tahun ini, CASC sudah menyiapkan uji coba pada empat sukarelawan untuk menjalani kehidupan layaknya di luar angkasa.

Tiongkok sendiri menjadi negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia yang berhasil mendarat di Bulan. Pada Desember 2013, pesawat tanpa awak milik Tiongkok berhasil mendarat di Bulan.


Selain misi antariksa, kecerdasan buatan juga jadi fokus

Tak hanya misi antariksa, kecerdasan buatan juga menjadi perhatian tersendiri bagi negara tersebut. Bahkan, Tiongkok sudah menyiapkan sebuah peta jalan sebagai rencana pengembangan kecerdasan buatan nasional.

Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Dalam rencana itu, tertuang ambisi Tiongkok untuk membangun teknologi termuka di dunia, terutama penerapan kecerdasan buatan. Nilai industri inti kecerdasan buatan di Tiongkok diprediksi akan melampaui 150 miliar yuan pada 2020 dan 400 miliar yuan pada 2025.

"Situasi keamanan nasional dan persaingan internasional sangat kompleks. Kita harus berinisiatif secara kuat dalam memahami tahap perkembangan baru untuk kecerdasan buatan dan menciptakan keunggulan kompetitif baru," tutur Dewan Negara Tiongkok.

Rencana tersebut mengemuka karena saat ini Amerika Serikat siap untuk meningkatkan pengawasan investasi mereka, termasuk di bidang kecerdasan buatan. Hal lain yang menjadi perhatian adalah ambisi Tiongkok untuk menjadi pemimpin global.

Ada pula rencana strategis Tiongkok untuk memperkuat hubungan antara perusahaan swasta, badan penelitian, dan badan militer guna mempromosikan pengembangan bersama di bidang kecerdasan buatan.

(Dam/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya