Siasat Biar Kenaikan Harga Barang Tak Bikin Kantong Bolong

Terpukulnya daya beli masyarakat terutama kalangan kelas menengah-bawah dan kelas bawah.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Nov 2017, 10:00 WIB
Terpukulnya daya beli masyarakat terutama kalangan kelas menengah-bawah dan kelas bawah.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak kalangan menilai kondisi perekonomian saat ini tengah menghadapi tantangan cukup berat. Kinerja penjualan beberapa sektor industri cenderung melandai, salah satunya tertekan oleh daya beli masyarakat yang melemah.

Alhasil, sepanjang tahun ini, masyarakat Indonesia banyak mendengar kabar buruk penutupan beberapa cabang ritel atau pusat belanja. Mulai dari kebangkrutan Seven Eleven dan Nyonya Meneer, lalu penutupan cabang-cabang supermarket dan department store.

Mengutip hasil riset AC Nielsen, Oktober 2017, pelemahan daya beli menjadi biang kerok utama perlambatan penjualan sektor ritel sepanjang tahun ini.

Bila biasanya sektor ritel barang konsumsi rumah tangga mampu tumbuh rata-rata 11 per per tahun, maka sepanjang tahun ini pertumbuhannya Cuma 2,7 persen.

Terpukulnya daya beli masyarakat terutama kalangan kelas menengah-bawah dan kelas bawah, menurut Nielsen, adalah karena beberapa faktor utama.

Pertama, penurunan penghasilan. Kedua, kenaikan gaji yang diperoleh tidak signifikan terutama bila dibandingkan laju kenaikan harga barang dan jasa. Ketiga, peningkatan biaya hidup dan pengeluaran  rutin rumah tangga, salah satunya akibat tekanan harga listrik.

Penurunan daya beli masyarakat menjadi alarm penting perekonomian nasional. “Terlebih, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak disokong oleh konsumsi masyarakat,” ujar Managing Director HaloMoney.co.id Riko Depari.

Nah, sembari menunggu kebijakan pemerintah lebih lanjut untuk mendongkrak daya beli masyarakat, ada baiknya sebagai individu, kita juga berupaya terus menjaga daya beli masing-masing. Memiliki daya beli berarti Anda memiliki penghasilan memadai untuk membiayai beragam kebutuhan dan pengeluaran.

Daya beli disokong oleh besar penghasilan baik penghasilan rutin atau penghasilan variabel. Supaya daya beli kita selalu terjaga, fokuskan selalu pada upaya agar penghasilan Anda mampu mengimbangi bahkan mengalahkan laju inflasi.

Dikutip dari Halomoney.co.id, berikut ini  pilihan langkah supaya Anda bisa mengalahkan inflasi sehingga daya beli di masa mendatang akan selalu terjaga:

Berhemat

Jalankan strategi berhemat sehingga penghasilan yang Anda miliki saat ini masih dapat disisihkan untuk menyiapkan kebutuhan hari depan.

Berhemat bukan berarti pelit, lho. Menjadi pebelanja bijak atau wise spender berarti Anda memiliki prioritas konsumsi. Prioritas konsumsi akan membantu Anda membelanjakan uang di pos-pos yang memang menjadi kebutuhan, menghindari aksi belanja impulsif dan akhirnya bisa memperbesar alokasi penghasilan yang dapat Anda sisihkan untuk kebutuhan hari depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Penghasilan tambahan

Mencari penghasilan tambahan

Daya beli yang kuat membutuhkan sokongan penghasilan yang memadai. Jangan terlena dengan penghasilan yang Anda dapatkan saat ini. Manfaatkan usia muda untuk mengoptimalkan produktivitas dan menambah penghasilan dengan menjalankan usaha-usaha sampingan.

Kemajuan teknologi saat ini dengan kehadiran internet dan platform e-commerce atau online marketplace, bisa membuka peluang yang menjanjikan. Penghasilan sampingan yang Anda dapatkan bisa Anda putar lagi menjadi modal bisnis atau sebagian disisihkan untuk investasi atau tabungan hari depan.

Investasi

Berinvestasi berarti Anda menempatkan dana untuk diputar di sebuah instrumen dengan harapan dana tersebut berkembang melampaui tingkat inflasi. Berinvestasi tidak perlu menunggu jadi orang kaya. Dengan pendapatan yang Anda dapatkan saat ini, sisihkan paling tidak 10 persen untuk berinvestasi untuk tujuan keuangan di masa depan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya