Liputan6.com, Milan - Italia menangis. San Siro gagal mempertontonkan tuahnya. Di stadion terbesar di Italia itu, Gli Azzurri harus mengubur mimpi tampil di putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Hasil imbang 0-0 lawan Swedia di laga kedua play-off, (11/11/2017), membuat timnas Italia tersingkir. Pasalnya, di laga pertama, Italia kalah 0-1.
Baca Juga
Advertisement
Gli Azzurri sebenarnya telah berjuang untuk bisa membukukan gol ke gawang Swedia. Mereka terus mencoba untuk bermain agresif, menciptakan peluang-peluang. Sayang mereka bermasalah pada penyelesaian akhir.
Ini pertama kalinya dalam 60 tahun terakhir, Italia harus absen di Piala Dunia. Terakhir Italia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia pada 1958.
Kegagalan Italia ini jelas sebuah tragedi besar bagi sejarah sepak bola Italia. Pasalnya, Italia merupakan langganan di ajang Piala Dunia.
Bahkan, mereka termasuk yang terbanyak memenangkan Piala Dunia, empat kali. Terakhir, Gli Azzurri jadi juara dunia pada 2006, saat perhelatan sepak bola akbar sedunia ini digelar di Jerman.
Orang pertama yang harus menanggung kegagalan maha besar ini tentu saja Gian Piero Ventura, yang akhirnya dipecat. Nama Carlo Ancelotti digadang-gadang bakal menggantikannya.
Presiden FIGC; Carlo Tavecchio, menyebut kegagalan Italia ini sebagai apocalisse alias hari kiamat.
Kiper veteran Italia, Gianluigi Buffon melihat kegagalan Italia ke Piala Dunia 2018 juga merupakan kegagalan pada level sosial. Pasalnya, amat penting bagi sepak bola Italia, untuk membangun sebuah atmosfer positif juga memberikan dan kebanggaan bagi generasi muda dan masyarakat Italia pada umumnya.
Mantan dedengkot bek Italia dan timnas Italia; Paolo Maldini juga menyatakan keprihatinan atas tragedi pahit dalam sejarah sepak bola Italia ini. Bagi seorang Maldini dan tentunya bagi para pecinta sepak bola, adalah hal yang tidak terbayangkan Piala Dunia tanpa Italia.
Dampak Buruk Bagi FIGC
Bagi federasi sepak bola Italia (FIGC) sendiri, kegagalan ini, menghapuskan hitung-hitungan pendapatan yang mereka bisa raih dengan partisipasi pada World Cup 2018. Diperhitungkan pihak FIGC akan bisa meraih income lebih besar dibanding Piala Dunia 2014.
Pasalnya, pada Piala Dunia Rusia kali ini, akan terdapat peningkatan kontribusi ekonomi menjadi 27 persen lebih tinggi, ketimbang pada tahun 2014.
Nilainya kurang lebih 800 juta dolar AS, 400 juta akan diberikan kepada 32 tim yang berpartisipasi.
Presiden FIGC; Carlo Tavecchio, menyebut kegagalan Italia ini sebagai apocalisse alias hari kiamat. Tidak hanya karena pendapatan, namun prestasi yang terkait pada imej tim dan sepak bola Italia.
Advertisement
Pembaruan
Menurunnya prestasi timnas Italia adalah cerminan juga dari menurunnya kualitas Liga Italia, yang beberapa tahun belakangan tak cukup kompetitif di level Eropa.
Diperlukan pembaruan pada tubuh FIGC dan tentunya juga kualitas Liga Italia. Perlu investasi-investasi besar, modernisasi dan pembangunan stadion-stadion baru.
Kesempatan lebih besar juga perlu diberikan kepada para pemain muda Italia. Investasi yang besar akan mampu menarik para pemain bintang dan mampu juga meningkatkan level Liga Italia, yang nantinya diharapkan untuk dapat lebih banyak menumbuhkan bibit-bibit terbaik.
Forza Italia!
Saksikan video pilihan di bawah ini