Kemenperin Bentuk Kawasan Industri Halal

Industri halal memiliki potensi besar untuk dikembangkan seiring jumlah penduduk muslim yang mencapai 85,2 persen dari total penduduk.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Nov 2017, 09:36 WIB
Ilustrasi makanan halal (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah mengembangkan kawasan industri halal di dalam negeri. Hal ini seiring besarnya permintaan produk halal di masyarakat.

Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur Kemenperin Sudarto‎ mengatakan, sebagai langkah awal, Kemenperin akan membentuk zona industri halal sebagai percontohan di Pulau Jawa karena wilayah ini memiliki banyak kawasan industri.

"Potensi ini yang kami kembangkan untuk mendorong perekonomian nasional,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (19/11/2017).

Dia menjelaskan, saat ini Indonesia menempati posisi negara konsumen terbesar dari produk makanan halal dunia, yaitu sebesar US$ 197 miliar, yang diikuti Turki dengan mencapai US$ 100 miliar. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-10 dalam industri dan pasar halal dunia. ‎

“Kawasan industri halal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena seiring jumlah penduduk muslim yang mencapai 85,2 persen atau sebanyak 200 jiwa dari total penduduk 235 juta jiwa penduduk yang memeluk agama Islam,” jelas dia.

Pengembangan zona kawasan industri tersebut juga akan mempertimbangkan produk-produk yang memiliki orientasi ekspor, terutama ke negara-negara Timur Tengah.

"Sehingga, industri nasional berpeluang besar memperluas pasar dan meningkatkan ekspor ke pasar tersebut," ungkap dia.

Berdasarkan perhitungan Kemenperin, permintaan produk makanan halal dunia akan mengalami pertumbuhan sebesar 6,9 persen dalam enam tahun ke depan, yaitu dari US$ 1,1 trilliun pada 2013 menjadi US$ 1,6 triliun di 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Wisata halal

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga menyadari pentingnya wisata halal atau family friendly tourism untuk menggenjot industri pariwisata Tanah Air. Mereka terus memasarkan potensi family friendly tourism kepada para pelaku industri pariwisata.

Salah satunya, gelaran sarasehan industri pariwisata di Hotel Sofyan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2017). Sebanyak 50 orang terlibat dalam sarasehan ini. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Selain itu, ada perwakilan dari beberapa hotel, travel agent, bisnis spa, dan komunitas pasar family friendly tourism.

"Wisata halal akan menjadi generator besar bagi pendapatan nasional tahun 2020. Daya saing destinasi wisata halal di Indonesia juga semakin mendunia. Tahun 2016 kita ada di peringkat tiga dalam rating GMTI setelah Malaysia dan UEA. Dan 2019 nanti, target kita nomor satu di dunia," ujar Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kementerian Pariwisata RI, Lokot Ahmad Enda, yang juga diamini Kepala Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi Asdep Bisnis dan Pemerintah Kemenpar, Eddy Susilo.

Lokot menjelaskan, sarasehan digelar untuk memfasilitasi para pelaku industri wisata family friendly tourism membicarakan perkembangan pariwisata halal selanjutnya. Kemenpar bertekad meningkatkan kedatangan wisatawan mancanegara muslim ke Indonesia.

"Jadi output-nya kami harapkan ada sinergisitas organisasi pariwisata halal Indonesia yang selama ini secara parsial bisa terhimpun dalam wadah yang lebih besar, tanpa menghilangkan identitas organisasi yang telah ada," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Wisata Family Friendly Kemenpar, Riyanto Sofyan, menyampaikan bahwa industri halal merupakan mainstream market.

"Jadi, bagaimana dalam waktu yang singkat kami meningkatkan kedatangan wisatawan muslim? Kami pilih destinasi wisata halal yang sudah matang," kata dia.

Riyanto mengungkapkan, ada sepuluh program yang disiapkan Kemenpar untuk mempercepat pengembangan pariwisata halal di Indonesia. Tiga di antaranya menjadi Top 3 Program, seperti penyiapan sellers dan pembuatan paket wisata halal unggulan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya