Liputan6.com, Wakatobi - Sulawesi Tenggara dengan banyak pulau kecil, menjadi gudangnya bibit atlet dayung di Indonesia. Berdasar penelitian dan pemantauan ahli olahraga nasional, atlet dayung potensial tersembunyi di sejumlah pulau-pulau di wilayah Wakatobi.
Kepulauan dinilai menyimpan potensi atlet dayung berdasarkan kebiasaan masyarakat sejak dini menghabiskan waktunya di perahu. Sehingga, banyak dari mereka yang berbakat karena dibentuk alam.
Melihat potensi ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bekerjasama dengan Pengurus Besar (PB) Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) melakukan ajang pencarian bakat atlet dayung usia dini di wilayah Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Maluku, menjadi daerah kedua yang dipilih dua lembaga ini.
Sebanyak 200 pedayung usia dini diseleksi pada 17-18 November 2017. Pedayung sebanyak ini diambil dari puluhan sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas yang tersebar di Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Rata-rata peserta seleksi berusia 13-17 tahun.
"Mereka mayoritas pedayung yang berasal dari Suku Bajo dan warga pesisir, kehidupan sehari-hari mereka melaut," ujar wasit dayung internasional asal Sulawesi Tenggara, Mochammad Idham Hatta, Sabtu (18/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Sejumlah pedayung mayoritas berasal dari Desa Waha, Desa Bajo Sombu, Desa Mola dan Desa Bajo Sampela. Keempat desa pelaut ini, memiliki sejumlah pedayung terbaik yang memang dihuni mayoritas nelayan.
Prioritas Pedayung Bertubuh Tinggi
Sebanyak 200 pedayung sudah menyelesaikan proses seleksi, Sabtu (18/11/2017). Jika dinyatakan lolos, sejumlah pedayung akan dilatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sulawesi Tenggara.
Malah, Kemepora dan PB PODSI akan langsung memanggil atlet dengan postur dan kemampuan aerobik terbaik untuk digembleng di Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) di Jawa Barat.
Hasil pencarian bibit atlet akan dikirim ke Jakarta untuk diseleksi dan diperiksa tim. Selanjutnya, hasil ini akan diserahkan ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulawesi Tenggara.
"Kita seleksi atlet sebanyak ini menggunakan standar nasional, tanpa campur tangan pihak daerah sehingga kami harapkan benar-benar murni berdasarkan hasil lapangan," ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Rowing PB PODSI, Dede Rohmat.
Dia mengatakan indikator tes meliputi tinggi dan berat badan, rentang lengan pada posisi duduk dan berdiri, kemampuan, tungkai lengan dan kaki yang panjang. Penelitian dari sejumlah atlet nasional, tinggi badan 190 meter untuk putra dan 170 meter putri sangat berpotensi untuk merebut juara.
"Tidak hanya itu, pedayung mestinya memiliki kemampuan aerobik dan anaerobik yang seimbang, menahan lelah, mengelola stres dan koordinasi tubuh yang bagus," tambahnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Para Pedayung Terpilih
Sebanyak 200 pedayung asal Wakatobi sudah dipantau di pusat sejak Minggu (19/11/2017). Pihak PB PODSI dan Kemenpora, akan merekomendasikan ke Pengurus Provinsi (Pengprov ) PODSI Sulawesi Tenggara dan Dispora Sulawesi Tenggara untuk menggembleng atlet yang lolos.
"Yang lolos belum ditahu berapa persen dari jumlah 200 orang ini. Tetapi jelas setelah melewati proses seleksi yang teliti," ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Rowing PB PODSI Dede Rohmat.
Wasit internasional asal Sulawesi Tenggara Mochammad Idham Hatta menyatakan seleksi benar-benar mengutamakan bakat atlet Wakatobi.
"Pengprov PODSI Sulawesi Tenggara hanya memantau saja, jadi jauh dari praktek nepotisme," kata Idham Hatta.
Kata Idham Hatta, pihaknya sudah melihat ada beberapa atlet yang cukup bagus dan memiliki potensi. Namun, pihaknya tidak mau mencampuri proses seleksi.
"Kalau saya lihat, ada sekitar 10 orang. Tetapi, kalau ada lima orang dari 200 peserta seleksi yang dipanggil pihak PB PODSI dan Kemenpora untuk dilatih di Pelatnas atau di PPLP Sultra, kita sudah bersyukur sekali," tambah Mochammad Idham Hatta.
Pencarian bakat atlet dayung nasional 2017 hanya dilakukan pada dua daerah, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Sulawesi Tenggara menjadi daerah pertama yang digelar pencarian bakat. Untuk wilayah Indonesia bagian barat, belum ada rencana event serupa digelar pada 2017.
Advertisement