Transplantasi Kepala Manusia Pertama di Dunia Sukses

Operasi yang akan dipimpin Dr Sergio Canavero tersebut tak akan dilakukan di Amerika Serikat atau Eropa karena sama sekali tidak didukung.

oleh Jeko I. R. diperbarui 21 Nov 2017, 07:00 WIB
Mengerikan atau hebat? Dokter `Frankenstein` ini punya terobosan terbaru di bedah transplantasinya dengan memindahkan kepala manusia!

Liputan6.com, Beijing - Operasi transplantasi kepala manusia pertama di dunia akhirnya berjalan sukses. Namun, jangan salah kaprah dulu, operasi yang dimaksud ternyata masih dalam tahap uji coba.

Dr Sergio Canavero, pimpinan bedah transplantasi tersebut, baru saja melakukan bedah uji coba dengan melakukan transplantasi kepala mayat ke badan mayat lainnya.

Sebelumnya diwartakan, operasi yang memicu banyak kontroversi ini seharusnya bakal dilakukan di Amerika Serikat (AS). Namun, karena tidak didukung, operasi tersebut akan dilakukan di Tiongkok.

Canavero mengungkap mengapa pihaknya memilih Tiongkok. Alasannya tak lain karena ia juga melakukan transplantasi bersama dokter asal Tiongkok, yakni Dr Xiaoping Ren.

Xiaoping bukan orang baru di bidang transplantasi organ tubuh manusia. Dikabarkan, sampai saat ini ia telah berhasil melakukan transplantasi kepala tikus ke sebanyak 1.000 ekor tikus.

Selain itu, Canavero ingin menjadikan Tiongkok sebagai salah satu negara yang mampu menguasai segala bidang, termasuk transplantasi organ tubuh manusia.

"Amerika Serikat tidak pernah mengerti. Kesempatan seperti ini akhirnya jatuh pada Tiongkok. Presiden Xi Jinping juga berkata ingin mengembalikan kekuatan Tiongkok di semua bidang. Saya pun turut membantu dan berkontribusi, salah satunya ya dengan transplantasi ini," ujar Canavero sebagaimana dilansir USA Today, Senin (20/11/2017).

Diketahui, uji coba bedah transplantasi berjalan selama 18 jam. Sayang, Canavero tidak mengungkap tingkat "keberhasilan" yang ia lakukan karena uji coba memang sebatas dilakukan pada mayat.

Canavero berkata, baik AS dan Eropa tidak mendukung transplantasi kepala manusia yang akan ia lakukan dalam kurun waktu satu bulan lagi. Para dokter lain tidak sependapat dengan Canavero bahwa kepala manusia bisa ditransplantasi secara utuh agar tetap bekerja di tubuh lain.

Mereka bahkan menjuluki Canavero dengan sebutan "Dr Frankenstein" karena obsesinya terhadap transplantasi organ tubuh manusia. Namun, Canavero justru menggubris tolakan tim medis dan tetap berniat untuk melakukan transplantasi kepala pertamanya di dunia. Transplantasi kepala manusia sungguhan sendiri akan berlangsung pda Desember 2017.


Akan Menggunakan VR

Dr. Sergio Canavero, dokter bedah asal Italia yang mencetuskan operasi transplantasi kepala manusia pertama di dunia.

Sebagai persiapan, operasi yang menuai kontroversi tersebut akan lebih dulu menggunakan sistem dengan teknologi Virtual Reality (VR) untuk "menempa" mental pasien sebelum menjalani proses operasi.

Dilansir Mirror, sang pasien pertama yang akan menjalani operasi--Valery Spiridonov, ilmuwan komputer asal Rusia--nantinya akan mengenakan VR Headset sebelum nanti kepalanya akan "berpindah" badan. Tujuannya agar ia bisa membayangkan seperti apa suasana operasi berlangsung dan tidak merasa takut.

Canavero mengatakan bahwa VR Headset yang digunakan Spiridonov nantinya kelak dapat menimbulkan reaksi psikologis yang bisa membantu dirinya siap untuk menjalani operasi.

Di dalam VR Headset itu akan ditayangkan bagaimana "dunia" baru yang akan ia alami. "Bagaimana hidup di tubuh yang baru, semuanya akan tampak terasa nyata,” kata Dr Canavero.

 


Diciptakan Perusahaan Amerika Serikat

Sergio Canavero (TheGuardian.com)

Sistem VR Headset tersebut diciptakan oleh perusahaan asal Amerika Serikat (AS), yaitu Inventum Bioengineering Technologies.

Seperti dikatakan pimpinan Inventum, Alexander Pavovli, pasien nanti akan memasuki video simulasi berjudul "Heaven" (Head Anastomosis Venture). Di dalam video itu, akan diperlihatkan bagaimana rasanya kepala manusia berpindah ke tubuh baru.

"Video ini adalah sebuah transisi yang tersaji dalam VR, serta memberikan latihan intensif bagi pasien sebelum ia memasuki prosedur bedah. Tujuannya agar ia tidak kaget lagi sebelum dioperasi,” kata Pavlovcik.

"Simulasi VR ini kami nilai merupakan aspek yang penting, karena bagaimana pun akan merespons stimulus pasien dan membuatnya ‘masuk’ ke dalam dunia yang nantinya akan benar-benar mereka jalani," pungkasnya.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya