Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan berkendara, baik menggunakan roda empat atau roda dua, merupakan aktivitas yang rentan mengalami kecelakaan lalu lintas. Dengan tingginya resiko tersebut, saat berkendara selalu gunakan logika, baik saat mengendarai kendaraan maupun perlengkapan yang dipakai.
Seperti kejadian yang terjadi di Probolinggo, Jawa Timur, seorang pria bernama Dulla (63), tewas karena kecelakaan. Diduga motor yang digunakan bersama istrinya, Tumina (50), terjatuh karena rok sang istri terlilit ke rantai motor.
Baca Juga
Advertisement
"Selalu bijak dalam berkendara, baik itu berhubungan dengan fisik atau safety gear yang kita gunakan. Artinya, gunakan pakaian yang sesuai dengan bentuk proposional badan kita, jangan kebesaran apalagi yang merumbai-rumbai sampai ke bawah," jelas Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), Jusri Pulubuhu, saat berbincang dengan Liputan6.com, ditulis Senin (20/11/2017).
Lanjut Jusri, jika pengendara memang harus menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan arahan safety riding, sebaiknya si pengguna harus lebih berhati-hati.
"Sebaiknya pakaian yang tidak sesuai badan kita, sebisa mungkin kita ikat. Hal ini, agar tidak mengganggu keselamatan diri kita dan tidak menimbulkan efek berbahaya," tegasnya.
Tidak hanya terkait pakaian, begitu juga dengan barang yang dibawa saat berkendara, misalkan tas yang talinya sampai ke bawah.
"Itu kan tidak hanya berpotensi masuk ke gir motor, tapi bisa saja ditarik orang. Itu berhubungan dengan faktor keamanan diri kita," pungkas pria yang hobi naik moge ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Belajar dari Kecelakaan Setya Novanto
Setya Novanto, Ketua DPR RI yang sedang menjadi sorotan atas kasus koruosi proyek e-KTP mengalami kecelakaan lalu lintas di seputar Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis petang (16/11/2017).
Mobil Toyota Fortuner dengan nomor pelat B 1732 ZLO mengalami kerusakan pada bagian bumper depan karena menabrak tiang listrik.
Banyak yang menyebutkan, kondisi jalanan di lokasi kecelakaan cukup sempit dan minim penerangan.
Melihat kondisi jalan seperti itu, sebetulnya apa yang harus diperhatikan bagi para pengemudi agar tetap aman dalam berkendara?
“Seseorang saat akan mengemudi, maka dia sudah pasti masuk lingkungan tidak aman atau masuk jalan raya yang merupakan public area. Pastinya, karena itu tempat public, banyak orang dan kondisi lingkungan yang ramai dan licin. Oleh karena itu, mutlak seseorang yang ada di jalan raya harus sigap,” ungkap Chief Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, kepada Liputan6.com, Jumat (17/11/2017).
Merujuk kecelakaan yang dialami SN, Jusri mengatakan, agar masyarakat yang hendak mengemudi harus tahu metode Defensive Driving.
“Dia (pengemudi) harus paham apa yang dilihat. Jangan dia melakukan sesuatu tanpa sadar. Karena melihat saja bisa tidak mengerti, jadi harus betul-betul paham,” katanya.
Lebih lanjut Jusri menyatakan, berkendara harus juga mengetahui pola-pola yang wajib diterapkan, yaitu pengemudi harus melihat jauh ke depan agar mudah mengindetifikasi lebih jauh.
Selain itu, pengemudi juga harus mengetahui menghitung waktu untuk menganalisis, sehingga dapat mengestimasi waktu yang akan dia ambil secara tepat.
“Kalau itu tidak dilakukan, otomatis perfoma driving-nya akan jelek,” kata dia.
Advertisement