Tentara AS di Okinawa Dilarang Konsumsi Alkohol, Kenapa?

Militer AS melarang konsumsi alkohol bagi seluruh tentara mereka yang ditempatkan di Okinawa dan Jepang. Ada apa?

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Nov 2017, 18:40 WIB
Warga menuntut pangkalan AS di Okinawa dienyahkan (AFP)

Liputan6.com, Okinawa - Militer Amerika Serikat telah melarang konsumsi alkohol bagi semua tentara mereka yang ditempatkan di Jepang. Kebijakan tersebut diambil setelah terjadinya kecelakaan mematikan di Pulau Okinawa yang dilakukan oleh tentara AS yang tengah mabuk.

Dilansir dari laman BBC pada Senin (20/11/2017), seorang tentara AS kedapatan menabrakkan truknya ke sebuah minivan milik warga lokal. Peristiwa itu menyebabkan pengendara minivan tewas.

Akibat peristiwa itu, militer AS mengumumkan kepada para pasukannya untuk tidak meninggalkan markas dan pemukiman mereka untuk sementara waktu.

Penduduk Okinawa dikenal telah lama membenci kehadiran pangkalan militer AS di pulau mereka. Okinawa sendiri merupakan basis bagi sekitar 260 ribu tentara AS yang ditugaskan sebagai bagian dari aliansi keamanan AS-Jepang.

Pihak militer AS mengonfirmasi, insiden tabrakan ini terjadi setelah salah satu anggotanya kedapatan mengendarai truk ketika sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka juga berkata, telah melatih pasukannya di Jepang untuk dapat menangani ketergantungan pada alkohol.

Dikabarkan, sebelumnya telah ada rencana untuk memindahkan sebagian basis militer AS ke wilayah yang lebih minim populasi di pulau yang sama. Namun begitu, warga setempat lebih senang jika pangkalan militer mereka sepenuhnya ditiadakan.

Bukan pertama kali kehadiran pangkalan ini jadi masalah. Protes serupa pernah terjadi pada 1996 ketika seorang Tentara AS memperkosa gadis berusia 12 tahun.

Protes itu berujung persetujuan AS memindahkan pangkalan militernya dari Okinawa, tapi langkah tersebut urung dilakukan. Pasalnya, warga sekitar tempat baru pangkalan militer AS menolak kehadiran mereka dengan alasan dapat menimbulkan keributan, polusi, dan kriminalitas.

 


Keresahan Warga Okinawa Akan Keberadaan Militer AS

Warga Okinawa sudah mulai berunjuk rasa menentang adanya pangkalan militer AS di pulau mereka sejak tahun lalu.

Pada 2016, sekitar 65 ribu warga menggelar demonstrasi demi menuntut pangkalan militer Amerika Serikat di daerah tersebut ditutup.

Demo itu digelar setelah seorang warga AS ditangkap karena terbukti sebagai pelaku pembunuhan seorang wanita lokal.

Menurut salah seorang demonstran, Shigenori Tsuhako, aksi ini dilancarkan karena apa yang telah dilakukan AS sudah di luar batas. Mereka menginginkan agar pangkalan militer ini segera dipindahkan dalam waktu dekat.

"Jepang adalah Jepang, dan ketika sebuah jari disakiti, maka seluruh tubuh akan merasa sakit. Kami ingin Perdana Menteri Shinzo Abe merasakan sakit yang sama," ucap Tsuhako.

Pernyataan dari Tshuko diamini pengunjuk rasa lain, Ryoko Shimabukuro. Dia meminta PM Abe tak mengacuhkan permintaan dari rakyatnya.

"Seluruh markas militer AS di Jepang harus ditutup. Saya minta PM Abe mendengarkan perkataan warga Okinawa," sebutnya.

Sebelumnya, tiga warga sipil yang bekerja di Pangkalan Militer AS di Okinawa ditangkap pihak keamanan setempat. Mereka dituduh sebagai pelaku pembunuhan seorang gadis berusia 20 tahun bernama Rina Shimabukuro.

Jasad perempuan tersebut ditemukan dengan luka tusukan dan bekas pemerkosaan.

Menanggapi kasus ini, Komandan Pangkalan Militer AS di Okinawa, Letnan Jenderal Lawrence D Nicholson menyatakan, Marinir AS berencana mengembalikan tanah sebesar 40,5 kilometer persegi ke pemerintah daerah.

Mereka merencanakan penyerahan tersebut di tahun depan. Jika terwujud, maka tindakan ini adalah pengembalian wilayah terbesar yang pernah dilakukan AS ke Okinawa. Namun hal tersebut tetap urung terlaksana hingga kini, dengan masih adanya pangkalan militer Negeri Paman Sam tersebut di sana.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya