Longsor dan Puting Beliung Terjang Jember

Potensi terjadi longsor susulan pun cukup besar akibat retakan tanah dan faktor cuaca.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2017, 23:01 WIB
Ilustrasi Tanah Longsor

Jember - Tanah longsor dan angin puting beliung melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, hingga menyebabkan sejumlah rumah rusak. Namun, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Bencana longsor terjadi di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, pada Senin malam, 20 November 2017. Dalam longsor kali ini, plesengan atau dinding penahan sungai itu runtuh.

"Sedangkan hari ini puting beliung melanda Desa Jatimulyo, Kecamatan Jenggawah," ucap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, Heru Widagdo, Selasa (21/11/2017), dilansir Antara.

Menurut dia, tanah longsor tersebut mengancam tiga rumah warga yang berada di sekitar plengsengan. Potensi terjadi longsor susulan pun cukup besar akibat retakan tanah dan faktor cuaca.

Pihak pemerintah desa berharap di sepanjang daerah aliran sungai tersebut mendapat perhatian serius dan bisa dibangun dinding penahan. "Agar tidak mengancam rumah warga yang berada di sekitar plengsengan yang ambrol," tuturnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 


Puting Beliung Tumbangkan Pohon

Angin puting beliung muncul di langit Gorontalo. Foto: (Afandi Ibrahim/Liputan6.com)

Sementara itu, hujan deras yang disertai angin puting beliung mengakibatkan sejumlah pohon tumbang di sepanjang jalan Desa Seruni Darungan dan Desa Jatimluyo di Kecamatan Jenggawah, hingga menyebabkan akses jalan tertutup.

Angin puting beliung tersebut menyebabkan rumah warga atas nama Buamin (60) dan Holik (23) mengalami kerusakan ringan. "Kandang ayam berukuran 50x10 meter milik Sayuti (57) roboh, serta fasilitas umum mushala SDN Jatimulyo 01 tertimpa pohon," kata Heru.

Heru menjelaskan, Tim Reaksi Cepat BPBD Jember melakukan assesment di titik lokasi dan memotong kayu dibantu oleh warga untuk membuka akses jalan di dua desa tersebut.

Ia mengatakan angin puting beliung memang tidak bisa diprediksi. Namun, bisa dilihat dengan tanda berupa adanya kumulonimbus atau awan tebal dengan pinggiran putih yang jelas dan ada tanda pusaran di tengah kumpulan awan.

Warga pun diimbau tetap waspada saat hujan turun yang kadang-kadang disertai angin puting beliung. "Para pengguna jalan juga diminta waspada saat melintas di sekitar pohon tinggi yang rawan tumbang," ujarnya.

Berdasarkan data BPBD Jember, tercatat angin puting beliung merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi di Kabupaten Jember, sejak Januari hingga November 2017 dengan jumlah 35 kejadian.


2.057 Bencana Landa Indonesia Tahun Ini

Helikopter juga digunakan untuk mengikuti simulasi bencana alam gempa bumi di lapangan Jombor ,Sleman, Yogyakarta, (26/7).Latihan gabungan ini di gelar pada International Search and Rescue Advisory Group.(Boy Harjanto)

Ancaman bencana akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. Puncak hujan diperkirakan Januari 2018 mendatang, sehingga bencana banjir, longsor, dan puting beliung akan juga meningkat. Hal ini di luar dari bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung api yang dapat terjadi kapan saja.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data sementara kejadian bencana selama 2017, yaitu mulai 1 Januari hingga 20 November, terdapat 2.057 bencana.

Jenis dan jumlah kejadian bencana ini terdiri dari banjir (689), puting beliung (618), tanah longsor (545), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (63), kekeringan (19), gempa bumi (18), gelombang pasang/abrasi (7), dan letusan gunung api (2).

"Dampak bencana dari 2.057 kejadian adalah 282 orang meninggal, 864 orang luka-luka dan 3.209.513 orang mengungsi dan menderita," ucap Sutopo, Senin, 20 November 2017.

Ia menjelaskan, kerusakan bangunan meliputi 24.282 rumah rusak (4.594 rusak berat, 4.164 rusak sedang, dan 15.524 rusak ringan) dan 313.901 rumah terendam. Kerusakan juga mencakup sebanyak 1.611 unit fasilitas publik, yakni 974 unit fasilitas pendidikan, 546 unit fasilitas peribadatan, dan 91 fasilitas kesehatan.

Menurut Sutopo, dampak ekonomi akibat bencana tentu cukup besar, karena telah menyebabkan penderitaan masyarakat. Misalnya, dampak kerugian ekonomi peningkatan status Awas Gunung Agung di Bali, mencapai lebih dari Rp 2 triliun. "Jumlah total kerugian dan kerusakan ekonomi akibat bencana belum dilakukan perhitungan," sebutnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya