Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia turun 0,8 persen jelang pertemuan OPEC berikutnya. Di sisi lain, Dolar melaju melumpuhkan harga komoditas.
Melansir laman Reuters, Selasa (21/11/2017), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 46 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 56,09 per barel.
Advertisement
Sementara minyak mentah berjangka Brent turun 50 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 62,22 per barel. Minyak telah mendapat tekanan selama dua minggu terakhir sejak harganya menguat pada awal November, di mana minyak mentah telah melemah 2,6 persen.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak, bersama dengan sekelompok produsen non-OPEC yang dipimpin Rusia telah mencoba menahan stok sejak awal tahun untuk mendorong harga minyak.
Kesepakatan tersebut akan berakhir pada Maret 2018. Rencananya pertemuan OPEC pada 30 November akan kembali membahas hal ini. Harapannya adalah agar kelompok tersebut kembali memperpanjang kesepakatan pemotongan di tahun depan.
"Orang-orang percaya bahwa OPEC bersama 10 negara non-OPEC akan kembali menaahan produksinya di 2018, meskipun Rusia memegang kartu," kata ahli strategi PVM Oil Associates Tamas Varga.
Dolar Menguat
Sementara itu, produksi minyak AS masih terus meningkat di AS. Gene McGillian, Manajer Riset Pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut, mengatakan produsen AS telah menggenjot produksinya.
"Pasar tumbuh seiring dengan kenaikan produksi di AS. Ada harapan bahwa kita bisa melihat akan ada minyak hampir 10 juta barel per hari dalam waktu 3 sampai 6 bulan," dia menambahkan.
Adapun Dolar kembali menguat dan membuat harga komoditas menjadi lebih mahal, termasuk minyak. Mata uang ini menguat terhadap euro setelah muncul berita bahwa Jerman tidak dapat membentuk pemerintah koalisi, menambah ketidakpastian politik di Uni Eropa. Dolar naik 0,4 persen terhadap euro.
Minyak sering bergerak terbalik terhadap dolar, karena minyak ditransaksikan dalam dolar. Penguatan dolar secara teoritis membuat minyak lebih mahal untuk pembeli global.
Advertisement