Penyakit Ini Bikin BPJS Kesehatan Boroskan Anggaran

Penyakit yang menyebabkan BPJS Keluarkan anggaran besar sekali ini salah satunya karena konsumsi tembakau

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Nov 2017, 12:45 WIB
Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) lakukan ini untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia. (Ilustrasi: upload.wikimedia.org)

 

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mendorong peneliti Indonesia lebih banyak melakukan penelitian tentang dampak tembakau terhadap kesehatan dan biaya kesehatan. Apalagi, menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, penyakit kardiovaskuler (jantung, stroke) menempati posisi teratas dengan biaya terbesar.

"Selama ini bicara dampak tembakau selalu mengutip penelitian dari luar negeri. Padahal bicara tentang dampak tembakau di Indonesia, tetapi mengutipnya hasil penelitian dari luar," kata Nila dalam peluncuran buku yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu (22/11).

Menurut Nila, pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seharusnya dampak tembakau terhadap kesehatan dan biaya kesehatan bisa lebih mudah dikaji.

Nila menyontohkan saat dia mengunjungi Rusia, angka kasus penyakit tuberkulosis di negara tersebut sangat tinggi. Setelah pemerintah melakukan kajian, ternyata angka tuberkulosis yang sangat tinggi itu berkaitan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol dan merokok.

"Mungkin di dalam negeri juga bisa dilakukan kajian dan penelitian karena angka perokok di Indonesia juga tinggi," tuturnya.

 

Saksikan Video Berikut Ini


Dua sisi

Nila mengatakan berbicara tentang masalah tembakau atau rokok tidak akan pernah selesai karena ada dua sisi yang saling bertentangan, yaitu kesehatan dan ekonomi.

"Kita juga menghadapi masalah `stunting` yang lintas sektor dan saat ini dikoordinasikan langsung di bawah Wakil Presiden. Barangkali permasalahan tembakau juga perlu dikoordinasikan langsung oleh Wakil Presiden," katanya.

Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan menerbitkan buku "Health and Economic Cost of Tobacco in Indonesia".

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Siswanto mengatakan buku tersebut merupakan hasil kolaborasi para peneliti dari Balitbangkes dan perguruan tinggi.

"Buku ini perlu diadvokasi kepada para pemangku kepentingan terkait pengendalian tembakau sebagai upaya menurunkan angka penyakit tidak menular," katanya.

Para peneliti yang terlibat dalam penyusunan buku itu adalah peneliti Balitbangkes Kemenkes Soewarta Kosen dan Nunik Kusumawardani serta peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany dan peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Santi Martini. (Dewanto Samodro/AntaraNews)

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya