Kadin: Integrasi Bandara dan Pelabuhan Hemat Anggaran Negara

Penawaran kerja sama pelabuhan dan bandara akan mempertegas peran pemerintah sebagai regulator dan swasta sebagai operator.

oleh Nurmayanti diperbarui 22 Nov 2017, 18:26 WIB
Pelabuhan Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur. (Liputan6.com/Ramdania El Hida)

Liputan6.com, Jakarta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengapresiasi langkah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang menawarkan kerja sama pemanfaatan dan kerja sama operasional sejumlah pelabuhan dan bandara kepada swasta nasional.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan Carmelita Hartoto mengatakan, langkah Kemenhub akan memberikan dampak positif terhadap kondisi transportasi nasional pada masa mendatang.

Menurutnya, penawaran kerja sama pelabuhan dan bandara akan mempertegas peran pemerintah sebagai regulator dan swasta sebagai operator.

Selain itu, akan terjadi penghematan anggaran negara yang selama ini digunakan untuk pelabuhan dan bandara yang berada di bawah operasional Kemenhub.

Dengan begitu, katanya, alokasi APBN juga akan semakin efektif dan dapat diarahkan pada pembangunan infastruktur transportasi lainnya, khususnya yang berada di wilayah terpencil dan terdalam di Indonesia Timur.

“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya langkah ini, karena Kemenhub telah menawarkan swasta nasional lebih dahulu,” ujar dia dalam keterangannya, Rabu (22/1/2017).

Sebagai informasi, Kemenhub menawarkan kerja sama operasi 20 pelabuhan dan 10 bandara kepada BUMN dan pihak swasta. Kerja sama operasi ini pun telah mendapat persetujuan Presiden RI Joko Widodo.

Adapun, 20 pelabuhan tersebut di antaranya, Pelabuhan Sintete, Pelabuhan Tenau Kupang, Pelabuhan Ende, Pelabuhan Badas, Pelabuhan Tanjung Wangi, dan Pelabuhan Kalabahi. Sementara bandara yang dikerjasamakan operasinya antara lain, Bandara Komodo dan Bandara Radin Inten.

Carmelita yang juga Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) memberikan catatan dalam kolaborasi pemerintah dan swasta dalam kerja sama operasi pelabuhan dan bandara tersebut agar dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

Misalnya, dari sisi komersial. Diharapkan, agar pelabuhan dan bandara yang ditawarkan adalah pelabuhan dan bandara yang profitabel secara hitungan bisnis para pelaku usaha.

"Kami berharap, agar pelabuhan dan bandara yang ditawarkan kerja samanya dengan swasta nasional merupakan pelabuhan dan bandara yang memiliki nilai profit." 

Selain itu, diperlukan insentif-insentif bagi swasta nasional yang tertarik terlibat pada pengelolaan pelabuhan dan bandara. Insentif itu seperti permodalan dari perbankan nasional terhadap swasta nasional yang akan berkerja sama operasi pelabuhan dan bandara.

“Tentunya, tawaran kerja sama operasi pelabuhan dan bandara dari Kemenhub membuka harapan bagi swasta nasional. Semoga secara komersial pelabuhan dan bandara ini menarik untuk dikembangkan, dan kami akan melakukan studi terhadap pelabuhan dan bandara yang ditawarkan," dia menandaskan.


BP Batam Akan Integrasikan Pelabuhan dan Bandara Hang Nadim

Badan Pengusahaan (BP) Batam berencana menyatukan pengelolaan Bandara Internasional Hang Nadim dengan pelabuhan, menjadi pusat logistik di Batam. Penyatuan ini bertujuan meningkatkan perekonomian di wilayah ini dan menggenjot pendapatan negara.

Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan, pihaknya akan mengajak investor dalam mengembangkan fasilitas di Bandara Internasional Hang Nadim.

"Sekarang sedang memilih dan menawarkan kepada investor untuk bekerja sama mengembangkan Bandara Hang Nadim dan pelabuhan," jelas dia di kantor BP Batam, Selasa (21/11/2017).

Rencananya, penggabungan pengelolaan pelabuhan dan Bandara Hang Nadim menjadi pusat logistik agar dapat menampung banyak kargo. Dengan dilengkapi perlengkapan yang modern, akses pengiriman menjadi lebih cepat dan pelayanan semakin mudah. Hal ini juga diharapkan ikut mendorong sektor pariwisata di Batam.

Terminal 1 Bandara Internasional Hang Nadim Batam saat ini hanya mampu menampung kapasitas 5 juta penumpang per tahun. Bandara ini akan direvitalisasi hingga mampu menampung 8 juta penumpang per tahun.

Sementara juga akan dilakukan pengembangan di Terminal 2 Bandara Hang Nadim. Lokasi ini ditujukan untuk kargo, mengakomodasi tingginya arus pengiriman barang.

"Nantinya pelabuhan (Batu Ampar) dan Bandara Internasional Hang Nadim akan memiliki akses khusus yang saling menghubungkan dengan dilengkapi sistem pendukung yang lebih modern," jelas dia.

Pada 2016, BP Batam sudah memperluas apron Bandara Hang Nadim selulas 240 x 150 meter karena apron yang ada sudah tidak mampu menampung banyaknya pesawat yang beroperasi melalui bandara tersebut.

"BP Batam sangat optimistis pengembangan konektivitas bandara dengan pelabuhan akan terealisasikan," dia menambahkan.

Saat ini Hang Nadim menjadi salah satu bandara kategori utama di Indonesia. Setiap hari ada sekitar 140 lebih penerbangan dilayani dari bandara internasional ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya