Liputan6.com, New York - Harga emas menguat tajam seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan. Selain itu, risalah hasil rapat the Federal Reserve juga mengindikasikan tidak akan agresif menaikkan suku bunga pada 2018.
Jelang rilis risalah the Federal Reserve, harga emas ditransaksikan naik US$ 10,50 atau 0,8 persen menjadi US$ 1.292,20 per ounce. Harga emas ditransaksikan di US$ 1.292,10 usai rilis risalah the Federal Reserve. Kenaikan harga emas pun terbatas dengan hanya naik 0,5 persen atau US$ 6,40 menjadi US$ 1.281 per ounce.
Dari risalah hasil rapat the Federal Reserve pada awal November menunjukkan ada kenaikan suku bunga dalam jangka pendek. Namun, pejabat the Federal Reserve tetap mempertimbangkan faktor inflasi. The Federal Reserve juga memberikan sinyal kalau kenaikan suku bunga pada 2018 sesuai rencana sebanyak tiga kali.
Baca Juga
Advertisement
Dari hasil risalah itu juga menunjukkan kenaikan suku bunga dari 1,25 persen menjadi 1,5 persen pada akhir tahun. The Federal Reserve akan kembali gelar pertemuan pada 12-13 Desember 2017. Namun jumlah kenaikan suku bunga pada 2018 juga dipenuhi ketidakpastian mengingat keraguan inflasi akan meningkat.
Sentimen the Federal Reserve tersebut turut membayangi pergerakan harga emas. Suku bunga tinggi menjadi sentimen negatif untuk harga emas.Dolar Amerika Serikat (AS) juga mengangkat harga emas. Indeks dolar AS turun 0,7 persen.
"Momentum dolar AS menjadi kunci pergerakan harga emas pada pekan ini. Apalagi menjelang libur Thanksgiving juga pengaruhi pergerakan harga emas," kata Michael Armbruster, Managing Partner Altavest, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (23/11/2017).
Analis FXTM, Lukman Otunuga menuturkan, dolar AS melemah usai pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen yang cenderung hati-hati memberi pernyatan sehingga memperkuat harapan pasar kalau the Federal Reserve menaikkan suku bunga secara bertahap.
"Yellen memperingatkan menaikkan suku bunga terlalu cepat dapat hamat usaha the Federal Reserve untuk mencapai target inflasi dua persen. Inflasi di AS pun masih tetap rendah pada 2017 dan menjadi misteri," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Menguat pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya harga emas melambung pada perdagangan Selasa karena dolar AS melemah tajam. Investor menunggu keluarnya risalah pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Rederal Reserve (the Fed) mengenai arah kebijakan suku bunga.
Selain itu, harga emas juga naik karena mendapat keuntungan dari beberapa pembelian investor yang memang tengah memburu aset-aset safe haven karena adanya krisis politik di Jerman.
Mengutip Reuters, Rabu 22 November 2017, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen ke level US$ 1.280,63 per ounce pada pukul 01.44 siang waktu New York. Pada perdagangan sehari sebelumnya harga emas turun cukup dalam dan menjadi penurunan terbesar sejak 11 September.
Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik US$ 6,40 atau 0,5 persen ke level US$ 1.281,70 per ounce.
Harga perak naik 0,2 persen menjadi US$ 16,94 per ounce. Pada perdagangan sehari sebelumnya harga perak turun 2,3 persen dan menjadi penurunan terbesar sejak 26 September.
"Melihat bahwa harga emas dan perak mengalami penurunan yang cukup dalam pada perdagangan Senin kemarin maka pada Selasa pelaku pasar sedikit melakukan bargain hunting dengan masuk kembali ke pasar," jelas analis High Ridge Futures, Chicago, David Meger.
The Fed pada hari ini akan mengeluarkan risalah harus pertemuan bulanan. Dalam risalah tersebut terdapat sinyal mengenai kebijakan moneter AS.
"Kenaikan suku bunga the Fed pada Desember hampir menjadi kenyataan. Saat ini orang-orang lebih banyak mencari arah kebijakan untuk masa depan," jelas analis komoditas ABN AMRO Georgette Boelle.
Advertisement