Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membantah bahwa bahan bakar minyak (BBM) satu harga dikuasai oleh para pengecer. Akibatnya, masyarakat tetap membeli dengan harga yang mahal.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, Pertamina belum pernah menemukan pengaduan adanya penyecer yang memborong BBM satu harga di lembaga penyalur yang telah dibangun perusahaan.
"Kalau pengaduan ke kita atau temuan belum ada. Kami selalu memantau, belum ada pengaduan," kata Adiatma, di Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Baca Juga
Advertisement
Jika pada lembaga resmi yang menjual BBM satu harga kehabisan BBM, bukan karena diborong oleh pengecer, melainkan karena pemasokannya bergilir.
"Bukan diserbu habis, dia ada antrean jatah-jatahnya, jadi betapa pentingnya di daerah pedalaman ada BBM dengan harga yang sama," tuturnya.
Hal wajar jika ditemukan antrean pada lembaga penyalur resmi, yang menjual BBM dengan harga sesuai ketentuan pemerintah tersebut. Pasalnya, letak permukiman masyarakat cukup jauh dan jumlah lembaga penyalur masih terbatas.
"Itu antre mereka datang dari desa jauh-jauh, dia bawa jeriken bukan untuk dijual lagi, tapi untuk genset penerangan malam hari," tutup Adiatma.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemajuan
Sebelumnya, PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VIII menargetkan pada 2018 program BBM Satu Harga bisa dijalankan di 14 titik lokasi di wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak masyarakat di wilayah timur Indonesia yang bisa menikmati BBM dengan harga terjangkau.
General Manager Pertamina MOR VIII Made Adi Putra mengatakan, MOR VIII yang meliputi empat provinsi tersebut ditugasi untuk melaksanakan program BBM Satu Harga di 33 titik lokasi.
Pada 2016, program BBM Satu Harga ini telah dilaksanakan pada delapan titik di Provinsi Papua, yaitu Kecamatan Anggi, Sugapa, Kasonaweja, Kabokma, Wenam, Elelim, Kenyam, dan Ilaga. Adapun pada 2017, rencananya program tersebut akan beroperasi di 11 titik.
Dari 11 titik tersebut, lima titik lokasi di antaranya sudah beroperasi, yaitu Morotai dan Kayoa Barat di Maluku Utara, Amalata di Maluku, Moswaren di Papua Barat, dan Paniani di Papua.
Hingga akhir 2017, ditargetkan akan ada enam titik lagi yang akan beroperasi, yaitu Tambraw dan Inanwatan di Papua Barat, kemudian Supiori, Waropen, Oksibil, dan Boven Digoel di Papua.
Advertisement