Per 1 Desember, Toserba di Jepang Tak Lagi Jual Majalah Porno

Aturan ini menyusul keluhan para wanita yang risih dengan majalah porno yang dijual di toko atau gerai di Jepang.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Nov 2017, 21:00 WIB
Majalah Playboy edisi November 2015 terlihat di toko buku di Maryland, Selasa (13/10). Majalah Playboy menyatakan berhenti memuat foto wanita telanjang karena perkembangan internet membuat majalah porno tak lagi menjadi komersial. (AFP PHOTO/Mandel NGAN)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah kebijakan baru terkait majalah porno kini tengah menjadi perbincangan hangat di Jepang. Aturan ini menyusul keluhan para wanita yang risih dengan majalah porno yang dijual di toko atau gerai di Jepang.

Seperti dimuat laman Rocketnews24, Kamis (23/11/2017), kebijakan pun berlaku dalam waktu singkat dan berisikan bahwa per 1 Desember 2017, seluruh toserba di 43 lokasi atau 2.200 Mini Stop di Chiba City tidak lagi menjual majalah porno.

Perusahaan tersebut mengatakan, kebijakan ini bukan hanya tanggapan atas keluhan wanita, melainkan juga pelanggan lain yang datang membawa anak untuk membeli makanan siap saji.

"Dengan semakin banyaknya pelanggan yang mengeluhkan kehadiran majalah dewasa, Mini Stop mulai mendiskusikan kemungkinan menghentikan penjualan majalah porno di bulan Mei, dan setelah beberapa bulan melakukan musyawarah, kami mengumumkan keputusannya pada tanggal 21 November," tulis perusahaan Mini Stop.

 

 

 

Simak video menarik berikut:


Toko Mini Stop disebut menjadi pionir

Toko Mini Stop disebut menjadi pionir toko yang menyingkirkan majalah porno dari jangkauan masyarakat. Hal ini juga ternyata didukung oleh Wali Kota Chiba, Toshihito Kumagai.

"Ini kesempatan, bahwa secara sukarela mereka harus mengaburkan sebagian sampul majalah (porno), namun sulit karena kami tahu akan memengaruhi pendapatan mereka. Tapi dalam menyelidiki kemungkinan itu, Mini Stop telah memperluas upayanya untuk menciptakan tempat berbelanja nyaman," katanya.

Asosiasi Penerbit Majalah Jepang sempat mengkritik saran Dewan Kota ini. Namun, pihak Mini Stop mengatakan bahwa majalah dewasa hanya menyumbang lima persen pendapatannya. Dan hal ini, kata mereka, tidak sebanding dengan keluhan pelanggan.

Hasilnya, aturan tegas dibuat sehingga pembeli bisa nyaman makan dan berbelanja.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya