Liputan6.com, Beijing - Air China, salah satu penerbangan nasional milik Negeri Tirai Bambu, dilaporkan telah menangguhkan jadwal penerbangan pesawat dari Beijing menuju Pyongyang.
Dilansir dari laman Independent.co.uk, Jumat (24/11/2017), alasan utama penundaan jadwal penerbangan adalah turunnya jumlah penumpang yang hendak bepergian ke Pyongyang.
Air China sendiri sudah mengonfirmasi bahwa penundaan tersebut sifatnya tanpa batas. Sementara itu, seorang pejabat Air China bernama Ding menyebut penangguhan tersebut dilakukan dengan alasan "bisnis yang tak baik".
Baca Juga
Advertisement
Saat ditanya, kapan layanan penerbangan akan kembali dibuka, Ding menolak untuk berkomentar.
Air China adalah satu-satunya maskapai penerbangan selain Air Koryo -- milik Korea Utara -- yang mengoperasikan rute masuk dan keluar dari Pyongyang.
Air China sendiri telah menyediakan jadwal penerbangan tiga kali selama satu minggu. Jadwal bepergian tersedia untuk Senin, Rabu, dan Jumat -- sejak diluncurkan pada 2008.
Menurut pemerintah China, sejak diluncurkan rute penerbangan tersebut sering mengalami suspensi.
Penangguhan jadwal penerbangan Air China berbarengan dengan sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Korut.
Sikap pemerintah China atas penangguhan jadwal penerbangan ke negaranya disikapi oleh Korut sebagai provokasi yang serius.
Media KCNA misalnya, beberapa waktu lalu sempat memberitakan bahwa AS secara terbuka mengungkapkan kepada seluruh dunia soal niatannya untuk menghancurkan ideologi dan sistem negaranya lewat berbagai cara.
Sensasi Terbang dengan Maskapai Korut Air Koryo
Meski Air China telah menyatakan penangguhan terhadap jadwal penerbangan Beijing menuju Pyongyang, maskapai milik negara Korut bernama Air Koryo tetap beroperasi.
Air Koryo adalah maskapai pelat merah Republik Demokratik Korea Utara--yang menjadi penyedia tunggal penerbangan ke Pyongyang.
Maskapai tersebut hanya melayani dua rute penerbangan internasional, yaitu ke Rusia dan China.
Dikutip dari laman CNN, jadwal tiket penerbangan yang telah dikeluarkan oleh maskapai tersebut terjual dengan cepat.
Sebab, banyak orang ingin merasakan pengalaman terbang bersama pesawat era Soviet yang sangat langka--merasakan kembali nostalgia pada tahun 1960-an.
Di antara mereka yang tertarik untuk menaiki armada klasik dari perusahaan Antonov, Ilyushins, dan Tupolevs ini adalah fotografer Arthur Mebies.
Setelah merasakan perjalanan tur dengan Air Koryo, Arthur memutuskan untuk menyusun sebuah buku dengan judul Dear Sky -- The Planes and People of North Korea's Airline.
Tampilan foto pada buku itu diambil selama tiga kali kunjungannya ke Korea Utara. Arthur menjelaskan, ada beberapa hal yang menginspirasi dirinya untuk menyusun buku tersebut.
"Saya adalah seorang pencinta penerbangan dan fotografer profesional. Saya selalu mengerjakan sebuah proyek sebagai wujud dari rasa cinta saya akan pengalaman yang telah saya peroleh," ujar Arthur.
"Ketika mengetahui Korea Utara menciptakan pesawat komersial dengan armada jet Rusia klasik, saya langsung tertarik. Saya ambil kamera dan langsung terbang ke sana. Untuk menyelesaikan seri ini, butuh tiga kali perjalanan bolak-balik," tambahnya.
Karena adanya hukum internasional yang mengatur penerbangan, maskapai Air Koryo yang dapat dibilang pesawat tua ini jarang melakukan penerbangan ke luar negeri. Meski begitu, pihak maskapai dan awak kabin tetap siap untuk beroperasi.
Armada Air Koryo memiliki total 15 pesawat terbang. Empat di antaranya adalah pesawat "baru" -- keluaran tahun 1990-an atau bahkan lebih muda. Selebihnya tipe pesawat Tupolev 204s dan dua pesawat tipe Antonov 148s (digunakan untuk penerbangan internasional reguler).
Ada beberapa hal yang melekat di ingatan Arthur selaku penumpang. Ia mengatakan, jenis pesawat yang ia tumpangi tak dapat dibandingkan dengan pesawat tipe Airbus dan Boeing kontemporer.
Meskipun waktu penerbangan hanya memakan waktu 90 menit, makanan yang disajikan sangat mumpuni. Minuman panas dan dingin seperti bir khas Korea Utara disajikan dengan baik oleh awak kabin.
Advertisement