Liputan6.com, Yurihonjo - Sebuah kapal asal Korea Utara atau (Korut) terdampar di pantai Kota Yurihonjo, Jepang pada Kamis malam, 23 November 2017. Delapan orang di dalamnya mengaku sebagai nelayan.
Setelah dievakuasi dari kapal, mereka lalu dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa. Penerjemah bahasa Korea pun dikerahkan agar tak ada kendala komunikasi. Kepada aparat, delapan orang tersebut mengaku terseret ganasnya arus laut saat memancing cumi-cumi.
Advertisement
Dilansir dari situs BBC pada Jumat (24/11/2017), Ketua Komisi Keselamatan Publik Nasional Jepang, Hachiro Oknogo menjelaskan, para nelayan itu mengaku terdampar di Negeri Sakura setelah kapal mereka mengalami masalah.
Namun belum dapat dipastikan, apakah dengan berlayar ke Jepang, para nelayan berniat untuk tinggal di sana atau kembali ke Korut.
Peristiwa seperti ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Pada 2011, sembilan orang asal Korut mencoba berlayar menuju Korea Selatan (Korsel), namun terhempas ke seberang, ke perairan Jepang.
Itu bukan kejadian pertama. Kapal (Korut) sering terlihat melintasi wilayah perairan Jepang. Beberapa kapal ditemukan dalam keadaan rusak, bahkan dengan jasad dalamnya.
Salah satunya bahkan berisi 20 jasad pelaut yang terurai parah. "Bahkan rupanya menyerupai kerangka," kata seorang penjaga laut kepada kantor berita NHK.
Diduga kapal-kapal nelayan tersebut tersesat di laut lepas, karena tak memiliki peralatan modern seperti Global Positioning System (GPS).
Beberapa orang lainnya berspekulasi, kapal-kapal itu adalah kendaraan bagi mereka yang ingin meloloskan diri dari tekanan rezim Kim Jong-un. Namun, perjalanan mereka terjebak badai.
Jepang-Korut tak punya hubungan diplomatik. Belakangan justru ketegangan terjadi. Pyongyang sudah dua kali melepaskan rudal di atas langit Negeri Sakura selama musim panas.
Kapal Korut Todongkan Senjata ke Patroli Jepang
Masuknya kapal laut Korut ke wilayah perairan Jepang memang sudah sering terjadi.
Seperti pada Juli 2017 lalu, Jepang sempat melayangkan keberatan atas tindakan kapal nelayan Korut yang mengejar dan menodongkan senjata ke kapal patroli perikanan milik Jepang.
Insiden itu terjadi di perairan utara Jepang.
Awalnya kapal patroli perikanan Jepang melihat ada kapal nelayan berbendera Korea Utara 300 mil jauhnya dari pantai yang diklaim masih milik Negara Sakura itu. Kapal Korut diduga tengah memancing cumi-cumi secara ilegal.
Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, kapal Korut itu juga membawa persenjataan.
"Mereka menodongkan senjata ke kapal patroli kami dan melakukan pengejaran," kata Suga kepada wartawan.
Sejauh ini tak ada laporan ada yang menjadi korban dalam insiden tersebut.
Jepang secara resmi mengajukan protes kepada Kedutaan Korea Utara di Beijing, China. Namun, Suga tidak menjelaskan lebih jauh, selain mencari ikan, apa maksud dari kapal Korea Utara berada di perairan yang menjadi lokasi insiden.
Tuduhan pencurian ikan itu terjadi tiga hari setelah Korea Utara menggelar uji coba misil balistik antar benua yang mereka klaim mampu mencapai Amerika Serikat.
Militer di bawah kepimpinan Kim Jong-un melontarkan misil pada 4 Juli dari pangkalan udara kota Kusong. Misil itu terbang sejauh 578 mil sebelum akhirnya jatuh di perairan Laut Jepang.
Uji coba itu terjadi kurang dari sebulan setelah eksperimen yang sama yang dilakukan Korea Utara.
Advertisement