Liputan6.com, New York - Harga emas melemah tipis meski dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan. Investor yang sebelumnya alami kenaikan harga emas merealisasikan keuntungannya sehingga pengaruhi harga emas.
Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$ 4,9 atau 0,4 persen menjadi US$ 1.287,30 per ounce. Usai bergerak volatile dalam sepekan, harga emas susut 0,7 persen selama sepekan. Penurunan ini pertama dalam tiga minggu terakhir.
Sementara itu, harga perak susut 12 sen atau 0,7 persen ke posisi US$ 16.992 per ounce. Selama sepekan, harga perak merosot 2,2 persen.
Indeks dolar AS melemah 0,4 persen ke posisi US$ 92,78. Indeks dolar AS itu dekati level terendah dalam dua bulan. Selama sepekan, indeks dolar AS merosot satu persen. The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) memberikan sinyal untuk berhati-hati menaikkan suku bunga pada 2018 pengaruhi pergerakan dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Analis Insignia Consultans, Chintan Karnani menuturkan, volume perdagangan juga rendah usai perdagangan libur di Amerika Serikat. Ini juga mendorong penurunan harga emas.
"Tidak ada volume perdagangan, dan tidak ada berita ganggu pasar," ujar Karnani seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (25/11/2017).
Pada pekan ini, harga sempat sentuh kenaikan solid pada Rabu seiring dolar Amerika Serikat melemah. Hal itu usai bank sentral AS memberikan sinyal tidak terlalu agresif menaikkan suku bunga pada 2018. Namun, kenaikan suku bunga pada Desember sudah diantisipasi pasar.
Kini yang menjadi sorotan yaitu pembuat kebijakan yang menunjukkan kekhawatiran terhadap inflasi rendah. Mengingat inflasi juga jadi pertimbangan bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. Dengan inflasi masih rendah, timbul pertanyaan apakah bank sentral AS masih akan naikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.
Selain itu, Karnani menuturkan, harga emas juga belum mampu kembali tembus level signifikan di US$ 1.300 mempengaruhi investor. Dia juga beri catatan soal yen Jepang yang dianggap sebagai mata uang aman juga melemah terhadap pesaingnya dolar AS. ini pengaruhi pergerakan harga emas. Yen dan emas dinilai bergerak sama seiring sebagai aset lebih aman.
"Langkah yen Jepang mendikte harga emas," kata Karnani.
Akan tetapi, kebijakan bank sentral AS soal suku bunga masih menjadi perhatian. Analis percaya kondisi kenaikan suku bunga bank sentral AS belum pasti mempengaruhi pergerakan harga emas.
"Penurunan dolar AS yang kami lihat menunjukkan pelaku pasar mengantisipasi proses kenaikan suku bunga bank sentral AS lebih lambat dalam menanggapi risalah rapat the Federal Reserve," kata Analis Senior Oanda Craig Erlam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aksi Ambil Untung Pengaruhi Harga Emas pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya, harga emas melemah akibat aksi ambil untung investor setelah naik hampir 1 persen pada sesi sebelumnya, terpicu pelemahan data ekonomi dan kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).
Melansir laman CNBC, Jumat 24 November 2017, harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi US$ 1.289,88 per ounce.
Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun tipis 0,2 persen menjadi US$ 1.289,70 per ounce.
"Tampaknya ada sedikit aksi profit taking ... Dengan laju kenaikan suku bunga Fed pada bulan depan, mungkin (investor berpikir) harga emas telah pergi terlalu tinggi dan akan turun setelah kenaikan suku bunga," kata John Sharma, ekonom National Australia Bank.
Dia mengatakan, The Fed masih memiliki beberapa kekhawatiran tentang inflasi dan tidak diketahui bagaimana ini bisa mempengaruhi harga emas di masa depan.
Banyak yang berharap pembuat kebijakan Fed akan menaikan tingkat suku bunga dalam jangka pendek, yang diputuskan pada pertemuan terakhir bank sentral di Desember.
Namun, beberapa anggota menyatakan kekhawatiran tentang prospek inflasi dan mengidentifikasi bahwa mereka akan terlebih dulu melihat data ekonomi sebelum menentukan waktu kenaikan suku bunga di masa depan.
Advertisement