Liputan6.com, Humbang Hasundutan Usai meninjau progress pembangunan fisik terminal internasional Bandar Udara Silangit, Kamis (23/11/2017), Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menyempatkan diri mengunjungi homestay di Lembah Bakara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Di kawasan Lembah Bakara ini terdapat atraksi budaya, Istana Sisingamangaraja.
Saat meninjau, dirinya didampingi Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata, Anneke Prasyanti, dan Dirut BOPDT, Arie Prasetyo.
Advertisement
Kehadiran Arief pun disambut antusias masyarakat. Ia dipakaikan ulos dan diantar masuk menuju Istana Sisingamangaraja.
"Kehadiran saya di sini adalah untuk menindaklanjuti instruksi Presiden agar pariwisata dapat memberi dampak langsung kepada masyarakat. Salah satu upaya terobosannya adalah melalui Homestay Desa Wisata," ujar Arief.
Ia mengatakan, Danau Toba adalah salah satu destinasi prioritas yang dikembangkan pemerintah atau yang juga disebut sebagai "Bali Baru". Progress-nya pun semakin menunjukkan peningkatan. Terlebih lagi, setelah Bandara Internasional Silangit dibuka dan resmi melayani penerbangan internasional dari Singapura.
Arus wisatawan pun semakin terbuka lebar. Singapura yang merupakan pusatnya wisatawan dunia, mulai tertarik ke Danau Toba. Karena itu, dibutuhkan atraksi lain yang dapat menunjang keberadaan Danau Toba.
"Istana Sisingamangaraja menjadi daya tarik di Bakara. Akses saat ini tidak masalah karena sedang dikerjakan. Untuk amenitas, Kementerian Pariwisata siap mendukung dan memberi pendampingan, terutama homestay," ucap Arief.
Lembah Bakara memang menyimpan potensi wisata yang tinggi. Utamanya di kekuatan budaya. Bakara dulunya adalah pusat peradaban, tercermin dari adanya Istana Raja Sisingamangaraja yang sudah menjadi objek wisata. Selain itu, juga terdapat budaya pertanian tradisional Masiripa dan sanggar seni Batak.
Dari segi alam, Lembah Bakara juga memiliki beberapa keunggulan. Wilayah ini dikelilingi perbukitan, ada batu vulkanik yang bertebaran di tengah sawah, berbatasan langsung dengan Danau Toba, memiliki pantai, serta memiliki beberapa air terjun.
Di desa ini pula terdapat potensi 153 unit rumah yang terdata untuk dijadikan homestay. Untuk itu, Arief menyatakan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan memberi 150 bantuan untuk stimulus homestay, berupa pemberian kasur, selimut, seprai, handuk, dan buku tamu.
Nantinya, pengelolaan operasional akan difasilitasi melalui pendampingan oleh Kementerian Pariwisata dan rencana pembangunan tahun depan akan dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta kementerian terkait.
Walaupun begitu, kepemilikan tetap ada di masyarakat. Namun, pengelolaan dan pemasaran akan diserahkan kepada ahlinya dan dibantu oleh Kemenpar. Bentuk pemasarannya, akan dibantu dalam pemasaran penjualan sewa homestay secara digital.
"Penghasilannya untuk masyarakat dan pemasaran secara online akan dibantu Kemenpar," kata Arief.
Apabila konsep homestay ini berkembang, maka developer akan banyak membangun homestay dan pemerintah pusat juga akan membantu modal investasinya dengan menggunakan desain arsitektur Nusantara.
"Arahan Pak Presiden, sebelum membangun destinasi yang besar sebaiknya kita melibatkan peran serta masyarakat. Restoran, sesuai arahan Presiden, nantinya juga akan dibangun dengan mencerminakan arsitektur Nusantara dengan kearifan lokal masyarakat," ujar Arief.
(*)