Liputan6.com, Jakarta - Setiap 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Untuk menjalani profesi guru tidak mudah karena dibutuhkan ketulusan, ketekunan dan selalu terus belajar untuk mendidik murid-muridnya. Tak heran kalau disematkan pahlawan tanpa tanda jasa kepada guru.
Sejumlah guru pun membagikan pengalaman untuk menjalani profesinya. Salah satunya Dinasti Ratu Mungaran (31 tahun). Dinasti menjalani profesi guru sejak 2008 di SMU 3 Subang, Jawa Barat. Hingga kini, ia masih sebagai guru honorer di SMKN I Subang. Meski demikian, ia tetap menjalani profesi guru dengan semangat.
Advertisement
Bagi Dinasti menjalani profesi guru lebih banyak suka ketimbang dukanya. Meski pun gaji memang belum besar, Dinasti merasa dapat menikmati profesi ini dengan baik.
"Kalau di awal jadi guru ekspektasi penghasilan tinggi tetapi kecil. Setelah mengobrol dengan orangtua bilang untuk jalani dulu. Kemudian ke depannya, enjoy, jadi enak," ujar Dinasti saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (25/11/2017).
Dinasti menceritakan, kalau orangtua melihat sosoknya yang tidak terlalu banyak bicara saat masih kecil. Kondisinya pun berubah ketika duduk di bangku sekolah menengah umum (SMU). Ia pernah ditunjuk untuk menjadi tutor bagi adik kelasnya yang ikuti olimpiade fisika. Dinasti menilai, hal itu membantu dirinya untuk lancar berbicara di depan publik. Pengalaman tersebut yang juga membantu dia untuk menjadi guru.
"Dari SMU ditunjuk jadi guru untuk bimbing siswa yang lain. Kok enak yang ngajar dan berbagi ilmu. Itu pas kelas 2 SMU. Kemudian pas kelas 3 SMU ditunjuk jadi tutor kok enak. Jadi sudah merasakan dari SMU," kata dia.
Selain meningkatkan kemampuan dirinya untuk berbicara di depan publik, Dinasti juga menuturkan, dengan jalani profesi guru dapat mengenal karakter berbagai macam siswa.
"Jadi lebih banyak tahu karakter siswa dan guru yang lain. Karena dalam satu kelas itu, banyak siswa dan macam-macam karakternya. Jadi belajar mengenal orang," kata dia.
Dinasti juga senang dapat memberikan motivasi kepada murid-muridnya dengan jalani profesi guru.
Hal senada dikatakan Dani Nur Muhammad (33 tahun). Dani menuturkan, menjalani profesi guru lebih banyak sukanya. Lewat profesi guru, Dani juga belajar mengenal karakter orang lain terutama dari murid-muridnya.
"Tiap siswa berbeda-beda karakter dan kemampuannya. Jadi tidak bisa diperlakukan sama," ujar dia yang menjalani profesi guru sejak 2008.
Selain itu, Pria yang sudah diangkat jadi guru berstatus PNS pada 2014 ini juga belajar untuk pendewasaan diri. Hal itu mengingat profesinya sebagai guru juga jadi teladan bagi lingkungan sekitarnya. Jadi tindak tanduknya menjadi perhatian murid dan orangtua murid.
"Teman-teman saya suka nongkrong. Kini saya lebih hati-hati. Karena diperhatikan siswa dan orangtua apalagi guru jadi panutan. Jadi pendewasaan diri," ujar Dani.
Tak hanya itu, Dani yang mengajar di SMKN 1 Subang juga merasa awet muda saat menjalani profesi guru. Aktivitas yang mengajar murid yang usianya lebih muda turut mempengaruhinya. "Ini jadi ikut awet muda. Ini juga saya lihat dari guru-guru saya. Dari zaman sekolah hingga sekarang usia tidak ketahuan berapa," kata dia.
Dani juga merasa dapat menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah saat mengajar murid-muridnya. Dani sehari-hari mengajar akuntansi ini juga terus meningkatkan kemampuannya apalagi kalau ada perkembangan baru di akuntansi. "Kini ilmu yang didapatkan dari kuliah bisa diterapkan sehari-hari, kalau ada perkembangan kita baca lagi," kata Dani.
Kalau duka menjalani profesi guru, menurut Dani adalah saat hadapi anak-anak yang bermasalah. Namun itu tidak membuat ia patah semangat. Apalagi kini jarang anak yang mau menjadi guru. Latar belakang itu juga membuat Dani ingin menjadi guru.
"Kalau dulu anak ditanya mau jadi apa jawabannya jadi pilot, polisi dan dokter. Sedikit orang mau jadi guru. Selain itu inspirasi dari Jepang yang saat perang dunia berakhir bukan ditanya berapa prajurit yang tewas tetapi berapa guru yang tewas," kata Dani.
Pada Hari Guru Nasional ini, Dani dan Dinasti memiliki harapan kepada pemerintah. Dinasti mengharapkan pemerintah dapat mengangkat guru honorer sebagai guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Selain itu, kesejahteraan guru juga diharapkan meningkat.
Dani menuturkan, pemerintah dapat memperhatikan profesi guru layaknya di Jepang dan Jerman. Jepang dan Jerman dapat kembali bangkit usai perang dunia II karena memajukan pendidikannya. Pada Hari Guru Nasional ini, Dani ingin guru dapat membuktikan karyanya bukan hanya dari sertifikat saja.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Pemerintah terus meningkatkan kualitas dan tunjangan guru. Ini untuk memajukan pendidikan dan sumber daya manusia (SDM). Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 mencapai Rp 2.220,7 triliun, sekitar 20 persen untuk anggaran pendidikan.
Pemerintah menganggarkan alokasi anggaran Rp 444,1 triliun dalam APBN 2018. Jumlah itu naik sekitar 5,8 persen dari 2017 sebesar Rp 419,8 triliun. Anggaran tersebut untuk pusat Rp 149,7 triliun, transfer ke daerah Rp 279,5 triliun, dan pembiayaan Rp 15 triliun.
Adapun sasaran target anggaran itu untuk program Indonesia Pintar 19,7 juta jiwa, bantuan operasional sekolah 56 juta jiwa, pembangunan/rehab sekolah/ruang kelas 61,2 ribu.
Kemudian tunjangan profesi guru untuk PNS sebanyak 257,2 ribu guru, non-pns sebanyak 435,9 ribu guru, dan PNSD sebanyak 1,2 juta guru. Demikian mengutip dari laman Kementerian Keuangan, Sabtu pekan ini.
Selain itu, Kementerian Keuangan alokasikan anggaran tunjangan profesi guru pegawai negeri sipil daerah (TPG PNSD) maupun tambahan penghasilan guru PNS sebesar Rp 59,28 triliun dalam RAPBN 2018. Akan tetapi jumlah penerimanya turun karena ada yang pensiun.
Pemerintah alokasikan anggaran tunjangan profesi guru PNS daerah naik 4,9 persen dibandingkan APBN Perubahan 2017 sebesar Rp 55,57 triliun. Tunjangan profesi ini diberikan untuk guru berstatus PNS di daerah yang telah kantongi sertifikasi.
Sementara untuk tambahan penghasilan untuk guru PNS yang belum memiliki sertifikat pendidik, anggarannya turun 30,1 persen dari Rp 1,4 triliun di APBN-P 2017 menjadi Rp 978,11 miliar di RAPBN 2018.
"Jumlah penerima tamsil pun turun dari 405.615 guru menjadi 265.038 guru karena bisa guru yang belum bersertifikat menjadi bersertifikat, dan ada guru yang pensiun," ujar Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kemenkeu, Boediarso Teguh Widodo pada 9 Oktober 2017.
Dia mengatakan, tambahan penghasilan guru PNS yang belum bersertifikat pendidik diberikan sebesar Rp 250 ribu per orang per bulan. Sedangkan tunjangan profesi guru PNS Daerah, jumlahnya bervariasi.
Dani menuturkan, pemerintah juga sudah memperhatikan kesejahteraan guru. Apalagi pada masa pemerintahan Joko Widodo ada tunjangan yang diberikan sesuai peraturan daerah (perda).
Ini dilihat dari pengalamannya dan juga teman se-profesinya. Apalagi guru yang sudah berstatus PNS dan memiliki sertifikasi memiliki kesejahteraan lebih baik. Kini ia mendapatkan penghasilan sekitar Rp 3 juta per bulan. Angka ini belum ditambah tunjangan sekitar Rp 1 juta.
"Sekarang mulai ada tunjangan. Besarannya berbeda-beda tergantung daerahnya. Kalau di Subang termasuk masih rendah tunjangannya. Kini tunjangannya sekitar Rp 600 ribu ditambah ada uang pengganti makan sekitar Rp 500 ribu. Jadi ada tambahan tunjangan Rp 1 juta," kata Dani.
Kondisi berbeda dengan guru honorer. Dinasti mengatakan, penghasilan guru honorer didapatkan dari tunjangan provinsi dan sekolah tempat ia mengajar. Penghasilan yang didapatkan pun tergantung dari jam mengajar dan biaya honor yang diberikan.
"Kalau provinsi itu satu jam sekitar Rp 80 ribu. Kalau ada guru mengajar 10 jam jadi tinggal dikalikan Rp 80 ribu tersebut. Guru honorer penghasilannya tergantung jam mengajar yang dibayar provinsi. Kemudian sekolah juga bayar kalau kelebihan jam mengajar," kata dia.
Advertisement