Liputan6.com, Batang - Peringatan Hari Guru Nasional di Kabupaten Batang, Jawa Tengah di gelar cukup meriah, Sabtu, 25 November 2017. Pagi itu, ribuan guru berkumpul di lapangan Kecamatan Bandar untuk mengikuti upacara bersama memperingati HUT PGRI ke-72.
Para guru yang datang dari berbagai desa dan kecamatan itu, mendapat hadiah khusus dari pemerintah daerah setempat. Sambil menikmati penampilan aksi grup paralayang dan tarian Babalu khas Batang. Tarian yang menceritakan semangat perjuangan itu, ditampilkan siswa-siswi oleh SMAN 1 Bandar.
Tarian Babalu, sudah ada sejak zaman penjajahan di masa lampau. Tarian itu menceritakan perjuangan warga Batang mengusir penjajahan saat Belanda menjajah Indonesia.
Namun, tarian Babaku pertama kali ada sejak awal tahun 1998, saat itu penggiat budaya lainnya melakukan proses mencari informasi tari tradisional tersebut. Kemudian mulai memperkenalkannya ke masyarakat sekitar tahun 2000. Tarian Babalu nampak meriah dipadukan dengan musik.
Menurut Bupati Batang, Wihaji berdasarkan sejarahnya, tari Babalu berisi gerakan-gerakan tegas, dan cenderung gerakan perang sekaligus ada jurus-jurusnya.
Babalu itu berarti aba-aba dahulu, itu arti Babalu menurut orang dulu, karena tidak ada sumber tertulis yang pasti karena disampaikan secara lisan.
Baca Juga
Advertisement
Dalam aplikasi tarian, Babalu dilakukan berkelompok atau regu dan setiap kelompok ada komandannya. Bahkan, Babalu menjadi Tari daerah kerakyatan yang diajarkan sebagai mata kuliah di Universitas Semarang (UNNES).
"Oleh karena itu, tari Babalu harus terus diperkenalkan ke masyarakat luas terutama untuk generasi muda agar lebih mencintai budaya Batang. Dengan begitu agar tidak hilang," ucap Wihaji.
Ia menjelaskan, tari Babalu merupakan salah satu tarian khas Batang.Tari Babalu menceritakan tentang perjuangan rakyat Batang untuk melawan penjajah secara baik-baik untuk mengelabui lawannya.
"Tari Babalu ini ditarikan secara kelompok yang ditarikan oleh perempuan," kata dia dalam peringatan Hari Guru Nasional.
Kemudian keunikan dari tari Babalu ini, kata Wihaji, selalu membunyikan peluit di awal dan di akhir pementasan.
"Mereka (penari Babalu) juga memakai kacamata hiam, memakai kaos kaki dan menggunakan kupluk berkucir," ungkapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Momen Evaluasi Permasalahan Guru
Suguhan atraksi paralayang da tari Babalu ini mampu menghipnotis ribuan guru dan pelajar yang hadir. Di hadapan ribuan guru, Wihaji mengungkapkan, guna menghadapi perubabahan dinamika yang sangat cepat, guru berperan penting sebagai sumber ketaladanan bagi murid, masyarakat, dan lingkunganya.
Untuk itu, melalui momen peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI sebagai saran untuk evaluasi dalam pengambil kebijakan persoalan yang belum teratasi di Kabupaten Batang.
“Ini menjadi momentum bagi saya untuk mengevaluasi persoalan guru dalam pengambilan kebijakan, agar menjadai guru yang berkompeten, bermartabat dan teladan dapat terpenuhi kesejahteraanya," jelasnya.
Ia juga mengatakan, guru juga memiliki peran yang tidak dapat tergantikan dalam mendidik kemajuan generasi bangsa. Karena membangun karakter masa depan anak itu di tangan guru secara formal, sehingga guru dituntut untuk menjadi contoh di sekolahan maupun di tengah-tengah masyarakat.
"Ada filosofi Jawa Ing ngarso sang tulodo yang artinya menjadi seorang pemimpin atau guru harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya," kata dia.
Wihaji juga berharap agar di Kabupaten Batang ada satu sekolahan satu guru yang sebagai contoh atau suri tauladan bagi sekolah dan masyrakat sekitar. Sehingga akan tumbuh guru-guru yang memiliki integritas dan sebagai suri tauladan di masyarakat, minimal di lingkungan rumahnya.
"Kesejahteraan guru akan kami perhatikan, lanjut Wihaji, kita akan melihat kemampuan keuangan di pemerimrintah daerah, kalau memungkinkan di tahun 2018 insentif guru wiyata bakti akan kita naikan," beber dia.
“Di tahun 2018 kita akan melihat kemampuan PAD, kalau memang ada kenaikan PAD yang signifikan akan kita naikan insentif guru wiyata bakti," kata Wihaji
Wihaji juga meminta kepada guru agar dapat menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Batang. Pasalnya IPM Batang masuk dalam kategori rendah.
“Kami meminta pada guru yang di mulai dari diri sendiri untuk membangun budaya kejujuran, konsistensi, dan keberanian ke hasil membangun Batang yang lebih sejahtera," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Batang Rahmat Nurul Fadilah mengatakan, untuk insentif guru wiyata bhakti di Kabupaten Batang sesuai dengan grade atau lama mengabdi dan sesuai jenjang pendidikanya.
“Insentif ternedah Rp 500 ribu dan tertinggi Rp 1.400.000,” ujarnya.
Advertisement