Liputan6.com, New York - Ada satu benda yang saat ini sangat dicari oleh warga Korea Utara (Korut). Cukup mengejutkan, benda tersebut adalah kondom. Saking banyaknya orang yang mencari kondom, benda ini bahkan bisa memberikan untung besar dan menjadi komoditas perdagangan baru.
Dibawah pemerintahan Kim Jong-un, setiap warga Korea Utara ternyata dilarang untuk menggunakan alat kontrasepsi. Diktator satu itu ingin meningkatkan jumlah rakyatnya demi bisa menambah tenaga kerja dan mewujudkan masyarakat sosialis.
Baca Juga
Advertisement
Itulah mengapa kondom jadi barang langka di negara terisolir satu ini. Tapi ini justru berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kondisi masyarakat di lapangan.
Sanksi ekonomi yang membelit membuat penduduk Korut takut memiliki anak karena khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhannya, alhasil permintaan kondom pun meningkat.
Orang-orang berkuasa atau pengusaha yang sering bepergian ke China mengaku sering menyelundupkan kondom ke Korea Utara. Mereka bisa mendapat untung yang besar berkat berjualan kondom di pasar gelap.
Seorang pengusaha Korea Utara yang sering bepergian ke China menuturkan hal ini pada Radio Free Asia.
"Kondom sangat populer bagi pria maupun wanita di Korea Utara. Pejabat dan pengusaha Korea Utara biasanya membawa barang ini dalam jumlah banyak sepulangnya dari perjalanan bisnis ke China," tutur sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, seperti dilansir dari Thesun.co.uk, Senin (27/11/2017).
"Ada permintaan sangat tinggi terhadap alat kontrasepsi ini. Jadi kami bisa meraup untung yang besar. Tapi membawa barang ini juga sangat berisiko, jika ketahuan pihak bea cukai pasti akan menyitanya," katanya lagi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh seorang pebisnis asal China yang bermukim di Pyongyang. Ia bercerita, prostitusi yang semakin banyak di Korea Utara membuat kondom semakin banyak dicari di negara tersebut. Demi bisa terjual cepat, pedagang gelap ini biasanya akan menjual kondom ke pekerja seks komersial (PSK) untuk mencegah kehamilan atau terjangkit penyakit seksual.
"Pejabat Korea Utara tahu akan adanya hal ini. Tapi pemerintah tetap bersikeras bahwa tidak ada tindak prostitusi di negara mereka," ungkapnya.
Takut Hukuman Mati
Pejabat di kabinet Kim Jong-un juga tidak ada yang berani untuk membicarakan hal ini di tingkat parlemen karena takut dicap sebagai pembelot dan bisa mendapat hukuman mati.
Para pencari kondom biasanya berasal dari keluarga yang sudah menikah dan memiliki satu anak. Mereka mencari benda tersebut karena biaya hidup dan pendidikan yang tinggi.
Selain dihantam oleh sanksi ekonomi yang bertubi-tubi, Korut hingga saat ini juga menghadapi tantangan lain yaitu menurunnya jumlah kelahiran penduduk.
Serangkaian bencana kelaparan pada akhir 1990-an menyebabkan turunnya tingkat harapan hidup di Korea Utara. Usia rata-rata warga Korea Utara lebih singkat hampir 12 tahun jika dibandingkan dengan negara tetangganya, Korea Selatan.
Kekurangan pangan yang berkelanjutan juga merupakan salah satu faktor yang membuat tingkat harapan hidup di Korea Utara lebih rendah.
Advertisement