PTPP Raup Kontrak Baru Rp 33,5 Triliun sampai Oktober

Beberapa proyek yang berhasil diraih selama bulan Oktober, antara lain Akavia Semarang Rp 253 miliar, apartemen Darmo Hill Rp 262 miliar.

oleh Nurmayanti diperbarui 27 Nov 2017, 14:44 WIB
Manajemen PTPP Tbk optimistis kontrak baru Rp 24 triliun dapat tercapai pada akhir 2014.

Liputan6.com, Jakarta PT PP (Persero) Tbk membukukan kontrak baru sekitar Rp 33,5 triliun sampai Oktober 2017 ini. Kontrak baru ini tumbuh 27,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 26,3 triliun.

“Sampai dengan Oktober 2017, perseroan berhasil mencapai kontrak baru sebesar 82,5 persen dari total target yang ditetapkan perseroan sepanjang tahun ini, yaitu sebesar Rp 40,6 triliun,” ujar Direktur Utama PT PP, Tumiyana di Jakarta, Senin (27/11/2017).

Pencapaian kontrak baru sebesar Rp 33,5 triliun tersebut, terdiri dari kontrak baru induk perseroan Rp 27,6 triliun, dan anak perusahaan Rp 5,9 triliun.

Beberapa proyek yang berhasil diraih selama bulan Oktober, antara lain Akavia Semarang Rp 253 miliar, apartemen Darmo Hill Rp 262 miliar.

Komposisi kepemilikan atas perolehan kontrak baru PTPP sampai akhir bulan Oktober 2017 berasal dari BUMN sebesar 61 persen, swasta 29 persen dan pemerintah 10 persen.

Sedangkan segmentasi berdasarkan jenis atau tipe pekerjaan, yaitu gedung sebesar 55 persen, EPC 16 persen, jalan jembatan 10 persen dan bangunan air 10 persen.

“Melihat progress raihan kontrak baru sampai dengan bulan ke-10 tahun 2017 ini yang telah tercapai sebesar Rp 33,5 triliun, maka perseroan sangat optimistis bahwa target kontrak baru 2017 yang telah ditargetkan oleh manajemen di awal tahun sebesar Rp. 40,6 triliun ini dapat tercapai bahkan dapat terlampaui di akhir tahun ini”, lanjut Tumiyana.

Peringkat Pefindo

Perseroan dinilai memiliki posisi bisnis yang kuat di industri konstruksi nasional, dengan diversifikasi sumber pendapatan dan perlindungan arus kas di atas rata-rata.

Faktor-faktor ini menjadi alasan PT Pemeringkat Efek Indonesia (“Pefindo”) memutuskan menetapkan kembali peringkat idA+ (Single A Plus) untuk peringkat perseroan, obligasi berkelanjutan I Tahap I Tahun 2013 dan obligasi berkelanjutan I Tahap II Tahun 2015 senilai Rp 1 triliun, outlook untuk peringkat perseroan adalah “stabil” untuk periode November 2017 sd November 2018.

Dengan peringkat idA, perseroan memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang.

Tanda tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan. Perseroan juga memperkirakan belanja modal dalam 3 tahun ke depan rata-rata mencapai Rp 21 triliun per tahun.

Pembiayaan belanja modal berasal dari modal perusahaan, dana sisa PMN 2016, penjualan saham anak usaha melalui IPO, pinjaman maupun penerbitan surat berharga.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya